Minggu, 17 Oktober 2010

Sebanyak Apa Masalah Anda (?)

Semakin banyak masalah, semakin banyak pilihan Anda menentukan solusinya.

Masalah adalah bagian dari hidup. Apabila tidak ada masalah tidaklah hidup namanya.

(Kata siapa?

Kata saya.

Saya siapa?

Pembaca kondisi amatir).



Sabtu, 16 Oktober 2010, saya ikut ambil bagian dalam kelas Motivasi Menulis. Dan seperti biasa moderator selalu jadi bagian saya. Senang rasanya bisa duduk tenang mendengarkan pembicara tanpa status peserta. Hehe, karena biasanya peserta sukanya diberi tugas ini itu, atau sekedar menjadi bahan percobaan pemateri. PEACE.

Sesuai dengan judul di atas dan sebelum kita melangkah jauh, anda bisa simak cerita singkat seorang teman.



Beberapa hari lalu Azzam sedang asyik berchating ria dengan teman baru hasil dari bergabung dengan sebuah lembaga pers. Teman baru Azzam ini adalah seorang penulis. Azzam pun diam-diam mulai senang menulis karena kebiasaan temannya itu. Sekali saja Azzam membaca tulisan-tulisan temannya, Azzam langsung tergugah hati ingin juga menulis. Alhasil Azzam mulai mengetik bebrapa tulisan yang rata-rata sebuah curhatan.

Kebiasaan menulis membuat Azzam paling tidak mempunyai target menulis curhatan. Namun suatu saat Azzam terkena syndrom puasa menulis. Sekitar berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan azzam tak menulis karena fikirannya yang kacau. Dia mengeluh kepada temannya kalau dia sedang banyak masalah, sibuk, dan tak punya waktu lagi untuk sekedar menulis.

Sang teman memberi saran agar Azzam tetap menulis dan menceritakan satu per satu masalahnya. Dan inilah hasil curhatan Azzam:

“Sebelum akhirnya larut malam, saya terbangun dan terjaga dengan keadaan cemas. Yang gpertama, makalah yang selasa harus deadline alhasil senin dini hari 01.35 am belum kelihatan bentuknya. Kedua, artikel jum'at haru deadline. Ketiga, modem tak kunjung tiba. Keempat, fitur web dari ponsel saya tiba-tiba kehilangan fungsi. khusus web via ponsel, saya coba sabar menuggu 26,5 jam ke depan untuk bisa berfungsi lagi atau tidak. Kalau tidak lancarkan planning B,C,D,E,,,,Z. Saya sadar kalau semuanya suka saya tunda-tunda dalam pengerjaan, jadi saat waktunya tiba saya jadi keteter”



Sebenarnya hidup ini sederhana jika kita mau berfikir sesederhana mungkin. Anda bisa lihat ternyata masalah Azzam tidaklah sebanyak uratnya mengeluh. Azzam sendiri bisa menguraikannya satu persatu di dalam tulisannya. Ternyata tidak lebih rumit jika kita memandang keluar dari diri kita.



Itu lah mengapa note ini diberi judul Seberapa Banyak Masalah Anda (?). Secara tidak langsung saya memperkenalkan bagaimana Anda meneliti masalaah Anda. Tak ada penyakit yang tak ada obatnya. Begitu juga penyakit hati, perasaan sedih, dikejar-kejar waktu, banyak tekanan, semuanya mempunyai penyelesaian. Hanya saja butuh proses dan kesabaran. Bayangkan lagi kisah Azzam. Ternyata Azzam sendirilah yang meringankan masalahnya. Nasib seseorang tidak akan berubah kecuali karena diriya sendiri yang mau merubah. Banyak hal yang terjadi dan begitu juga solusi dari beberapa orang terdekat. Anda bisa saja menerima atau mengabaikannya sama sekali. Tapi tetap saja Anda lah yang memberi solusi atas masalah yang ada.



Lalu seberapa banyak masalah Anda jika akhirnya bisa terselesaikan dalam beberapa paragraf. Jujur saja, bahkan saat Anda membaca curhatan Azzam kumpulan masalahnya tidaklah begitu berat bukan. Dan kita anggap ini hanyalah kondisi yang dibuat-buat, tapi itu lah yang terjadi.



Kenapa harus menulis?


Sejauh ini dapat diambil kesimpulan Azzam mengetahui masalahnya melalui tulisan yang ia buat. Tidaklah banyak dan tidaklah rumit. Ahli Saraf Universitas California, Dr. Matthew Lieberman ,dia menuturkan, mengekpresikan diri lewat tulisan merupakan “pengaturan emosi yang tak disengaja”.”Hal tersebut terlihat untuk mengatur kita dalam keadaan sulit,” ujarnya.

Dan jangan heran, ternyata menulis banyak manfaatnya:
Mengikat ilmu. Ilmu ibarat hewan buruan, apabila seseorang tidak mengikat hewan buruannya itu artinya ia orang yang bodoh. Contoh lain, orang yang mencatat lebih lama ingat ketimbang orang yang tidak mencatat sama sekali. Karena suatu saat catatan itu bisa dilihat kembali.
Berbagi. Menulis cara berbagi yang paling menghemat waktu. Dibandingkan berceramah di depan umum, menulis bisa dilakukan sekali saja dan bisa dicetak ulang tanpa harus membuka forum lagi.
Berdakwah. Ingat “Sampaikanlah walau satu ayat”
Mengurangi stress.
Merancang tujuan hidup. Target kedepan, bisa anda lihat-lihat kembali sebagai motivasi mengejar cita-cita.
Menjaga semangat.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon koreksian diksi, dan kesinambungan judul dan isi tulisan. Saran Anda sangat membangun bagi saya.

2 komentar:

  1. keren kakak!!!

    jadi merasa beruntung,, karena udah membiasakan diri untuk menulis,, :)

    kak,, ikut kelas Motivasi Menulis??
    itu kegiatan ekskul?? atau gmn??

    BalasHapus
  2. kadang-kadang...dari buku juga,,,langsung curhat-curhat ke penulis juga...
    kelas motivasinya gak ekskul...tapi kakak ikut organisasi PERS....karena berhubungan juga dengan nulis jadi kadang buka kelas motivasi menulis namun fokus di penulisan berita..

    BalasHapus