Sabtu, 17 November 2012

Demi Tabula Mimpi #1


Kesendirian membuat aku sadar untuk segera membongkar tas mama. Kutemukan buku dengan kover hijau toska bertuliskan “Sang Pemimpi” dengan tinta kuning. Nama penulisnya pun tertera jelas ANDREA HIRATA dengan huruf kapital. Di paling bawah kover ada informasi bahwa “Sang Pemimpi” adalah novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi. Laskar pelangi sudah sering kudengar, bahkan aku punya vcd originalnya. Tapi aku tak tau bagaimana versi novelnya.

Malam ini ketika keberangkatan kami ke Pakam (rumah baru kakakku bersama suaminya) berakhir, aku dirundung sebuah angan-angan. Angan-angan untuk tetap berdiri dengan impian awal menjadi seorang penulis hebat. Melihat kondisi seperti ini aku tidak akan pernah ingin menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Umurku masih sangat muda, umurku juga umur dimana anak muda sepertiku sudah tak lagi menengadahkan tangan ke orang tua. Itu lah mengapa ku bongkar tas mamaku. Untuk mencari uang, Ooops bukan, tentu saja untuk mencari novel “sang pemimpi” yang masih akan dibacanya.

“Sub bab” di novel ini diganti oleh Andrea dengan kata “mozaik”. Sekitar pukul 10 pagi tadi aku hanya menyelesaikannya sampai mozaik 3.

Di mozaik 1Beginikah Seorang Pemimpi Melihat Dunia?. Aku belajar dari Arai tentang cara pandangnya melihat dunia. Dalam keadaan sesempit apapun masih aka nada jalan jika kita ada kemauan. Lihat kisah Arai, Ikal, dan Jimbron saat dikejar-kejar pak Mustar.

Di mozaik 2 Simpai Keramat. Jiwa seoarang pemimpi tak pernah merasa putus asa, walau harus tinggal sendiri di dunia. Arai masih tetap tersenyum dan berfikir “semakin besar tantangan semakin membuatnya yakin bahwa ini lah hidup yang sebenarnya”. Lihat kisahnya saat ditinggal mati ibu dan ayahnya. Lalu diasuh oleh orang tua ikal yang memang masih ada ikatan saudara.

Di mozaik 3 The Lone Ranger. Seorang pemimpi jitu pun membutuhkan teman. Seorang pemimpi juga akan selalu mencari hal baru dalam hidupnya. Sekilas aku ingat temanku Romi yang sekarang setengah dari keinginannya sudah terpenuhi.

Lalu, apa yang akan kulakukan selanjutnya? Sang pemimpi tidak akan pernah berhenti sampai disini. Sang pemimpi akan mendongakkan kepalanya dari dalam tempurung dan keluar mencari hembusan angin yang bertubi-tubi, sampai kebal wajah dihantam debu yang terbawa angin.

Sampai ketemu di Mozaik selanjutnya. Salamku untuk panitia PENA PERSMA, demi sebuah mimpi yang akan kita lihat, semangat untuk weekend yang tidak kita rasakan hanya duduk berdiam di rumah, tapi berdecak dengan konsep yang telah kita susun. Aku masih di Pakam sampai malam nanti, sampai ketemu di hari Senin.

Jumat, 16 November 2012

ADVERTISEMENT

Tidak punya cukup waktu untuk menerjemah naskah yang ada di tanganmu? 
atau tak punya banyak kemampuan untuk menerjemahkannya? 
Kunjungi PBI4 Service. untuk keterangan lebih lanjut hubungi CP yang tertera.

 

Minggu, 14 Oktober 2012

Mempersunting Naskah, Eh Salah Menyunting Naskah ^_^


Kalau dengar lagunya Michael Buble - Best of Me jadi teringat malam-malam di hotel Sitawa Sidingin. Pengalaman yang sangat berkesan di Padang. Sampai sekarang aku mesih ingat terus, gimana setiap malam aku selalu latihan buat narasi dan selalu ditemani suara seksinya Buble. Sambil sesekali nonton stand up comedy bareng teman sekamar, dan gila-gilaan dengan kamera digital.

Jelas masih membekas banget perjalanan ke Padang kemarin itu, gimana mau gak ingat, disana aku tinggal di pusat kota Bukit Tinggi, seminggu pula, tapi yaitu orang padang kelihatannya takut sama orang Medan, baru aku pelototin dah nangis hahahaha.

Padang, kotanya masih kental dengan budaya. Budaya bukan hal yang kontemporer disana. Budaya, ya memang cara untuk jalan di kehiduan. Mulai dari anak mudanya udah menjunjung tinggi bahasa budayanya sendiri, baik yang tinggal di kota maupun di desa. Nama budayanya Minang. Minang jadi ciri khas Padang. Hm kalau baca kata “Minang” jadi langsung teringat rumah makan, rumah makan yang dominan dengan lauk pauk yang rasanya padeh na’udzubillah. Padahal cuma makan mie hun yang dibungkus pake plastik ukuran seperempat waktu keliling-keliling di Unand (Universitas Andalas) tapi butet rasa si uni naruk cabenya se plastik setengah kilo. Huaaaa! Hot

Walau cuma dua kali ke Padang, bisa dikata aku jatuh cinta sama kota ini. Padang yang paling gak bisa buat aku tidur di perjalanan. Padang juga banyak mempengaruhi tulisanku. Selain karena pelatihan narasi  pada Oktober lalu, beberapa novel yang aku baca juga settingnya selalu di  Padang. Jadi makin cinta aja nih sama kota Padang. Pengen balik lagi.

Haduuuh, kok jadi nyeritain Padang, padahal hanya gara-gara dengarin backsound Michael Buble udah langsung bernostalgia.
Jadi sebenarnya yang mau diceritain itu ini:
Sambil nulis nih curhatan aku juga nyambi menyunting naskah. Malam ini serasa nonton stand up comedy, padahal lagi baca tulisan mini para bocah. Jadi aku dapat proyek bersama teman-teman yang notabene katanya mereka cowok normal dan terlibat dalam sebuah antologi kisah inspiratif, dan yang menyunting naskahnya itu aku. Mau ngakak aja bawaannya baca naskah mereka. Tapi selain ngakak aku banyak belajar dari tulisan mereka.

Ada satu penulis yang hebat banget dalam mengunakan kata-kata. Gak usah kita sebut namanya ntar jadi GE-ER. Salut deh pokoknya. Bukan yang lain gak bagus, tetap bagus, tapi tulisan doski yang kalau dibaca itu mengalir lancar ibarat kalau kita udah kebelet terus langsung lari ke toilet, fuih lega banget. Kalau begini penyunting bakal gak ada kerja untuk meluruskan kalimat, paling pembenararan EYD dan membetulkan beberapa kesalahan dalam pengetikan.
Hm, banyak pelajaran nih yang  didapat dari tulisan-tulisan mereka. Sebenarnya aku nyari kerjaan atau nyari bahan belajar ya? Senang bisa bekerja dan belajar dari tulisan orang-orang yang luar biasa. Lanjut baca lagi ah.

Setelah membaca beberapa mini story, aku sadar ternyata ada beberapa gaya menulis yang aku temukan, dan pernah terjadi sama aku sendiri.
Ada penulis yang menulis dengan bahasa hatinya, ada yang menulis dengan bahasa referensinya, juga ada yang menulis dengan bahasa hati dan sesuai referensinya. Heleh, apa sih maksud daku.

Yup, biasanya seorang penulis akan menunjukkan gaya-gaya menulis sesuai dengan apa yang pernah dilihat, dirasa dan dibaca tentunya. Seperti yang aku bilang diatas, ada yang menulis sesuai dengan referensinya. Orang ini menulis dengan rapi dan sistematis seperti yang ada di buku-buku, kalimatnya enak dibaca dan gak muter-muter atau tidak banyak dipengaruhi bahasa tabiat. Dari sini ketahuan kalau penulis ini rajin membaca.

Ada juga yang menulis dengan keadaannya atau bahasa hatinya. Dia bisa nulis kalau hatinya sedang terlibat dengan beberapa kejadian yang dianggap bisa diungkapkan dengan tulisan. Penulis ini menggunakan bahasa yang bisa jadi dimengerti oleh dirinya dan orang-orang yang mengerti tabiatnya saja.

Dan ada yang menulis mengandalkan keadaaan hati atau pengalaman serta didukung kemampuan menulis berdasarkan referensi bacaannya. Penulis seperti ini hebat, dia punya banyak pengalaman untuk ditulis dan selalu memiliki kemampuan merangkai kalimat ke dalam bahasa yang baik berkat kebiasaan membacanya dan dapat dimengerti kebanyakan orang bukan hanya orang-orang dekat saja.

Nah tulisan-tulisan seperti ini bisa ditemukan di beberapa catatanku juga kok hehehe. Kok perasaan ngomentari tulisan orang.
Sekarang ini, pastinya seseorang yang ingin menjadi penulis akan terus banyak baca kan, karena pengalaman saja tidak cukup untuk mewakili sebuah frasa, klausa, bahkan kalimat dalam menggambarkan sesuatu. Kita kudu punya trik dalam merangkainya, menjadikan kalimat lebih enak dilihat mata, hohoho. Itulah sebabnya kenapa ada istilah penyunting naskah kan.

Loh, udah jam dua aja nih. Tidur lagi ye, sampai ketemu dicatatan selanjutnya.
Jangan lupa kode etik penyunting naskah no 4 ya # Merahasiakan naskah hingga akhirnya terbit.

Naluri Ibu Rumah Tangga


Terasa, terasa, terasa banget asiknya. Asiknya jadi calon ibu-ibu. Hm, mau tau kisahnya? Baca yuk.

Pasca kepergian kakak dan adik perempuanku, aku dinobatkan menjadi anak perempuan satu-satunya di rumah ini, aseeekkk. Tapi seiring kepergian mereka aku mulai letoy dan dekil, wkwkwkwk. Semula pekerjaan rumah terbagi menjadi tiga kini berubah menjadi AKULAH SATU-SATUNYA MANUSIA YANG MENANGANI SELURUH SELUK BELUK RUMAH ini kecuali bagian kompor, kuali, sudep dan kawan-kawannya (aku bukan seksi konsumsi).
Karena terbiasa dibantu para peri, namun kali ini tidak. Dengan kesadaran yang tinggi sebagai calon ibu rumah tangga, apapun rela kulakukan demi kebersihan rumah tercinta, ceileh.Baity Jannaty.

Menjadi anak perempuan satu-satunya di rumah kami sebenarnya ada enaknya, karena siang malam aku sudah sibuk dengan beberapa pekerjaan rumah, kampus dan sekolah, membuat aku tak punya waktu untuk melirik EmEm-EmEm di luar sana.Jadi nyokap berinisiatif untuk mencarikan Em-Em, hahahah penting gak sih. Bukan itu yang mau dibahas.

Pagi - pagi biasanya aku mulai bergelut dengan wayar setrika yang suka nyetrum,
A: “Kak, baju yang kemarin kainnya gak enak kali dipake, kayak serasa pake kertas gak kayak pake kain”
B: “Trus?”
A: “Mau pake yang ini aja, gosokin ya”
B: “Ha?!” Aku paling gak bisa nolak permintaan salah satu personil trio macan ini (boy version) klo gak ntar aku diacak-acak.
Atau,
A: “Kak, (mamaku manggil aku pake sebutan itu) jilbab yang mau mama pake kusut kena lipatannya, gosokin lagi ya”
B: “Yoa, Bu Up” (jawabnya pake semangat, karena pagi-pagi jadwal minta uang jajan, klo gak semangat bisa batal dikasih uang jajan).

Setelah terus-terusan kena setrum, nih setrika wayarnya udah kisut sih, aku kemabli lagi bergumal dengan kain-kain semi kering. Ini cucian tadi malam harus dijemur pagi-pagi kalau gak bau apek.

Tempat cucian ada di lantai bawah, sedangkan tempat menjemur ada di lantai atas. Jadi setelah menyetrika baju di lantai atas, aku harus turun ke lantai bawah dan naik lagi untuk menjemur. Hosh, hosh, hosh, hosh, ....baby hosh hosh (lagu Pussycatdolls).
Udah lumayan puas gak dengar penderitaan aku naik turun tangga?

Next, karena punya naluri gak bisa nginjak lantai kotor, pagi-pagi pun aku langsung megang gagang sapu. Dipegang aja? Gak dong digigitin, hehehe.
Tadi aku diatas atau dibawah ya? Oh masih diatas jemurin pakaian. Karena ceritanya mau nyapu nih, aku turun lagi ambil sapu, terus ke atas lagi karena start yang asik buat nyapu itu dari atas ke bawah coy. Kan gak ada orang nyapu tangga dari bawah ke atas, yang ada debunya ketahan di sudut-sudut lantai.
Rumah ini kubagi jadi tiga zona dalam menyapu, aku lumayan profesional untuk urusan menyapu, karena udah 5 tahun petugas kebersihan di rumah ini aku terus, gak ganti-ganti, jadi hapal.  Zona pertama, mulai dari mushalla sampai teras belakang lantai 2. Zona kedua, dari tangga bagian atas ke bawah sampai teras belakang lantai 1. Zona ketiga, ruang tamu sampai teras depan lantai 1. Dengan jurus laba-laba akhirnya selesai, fiuh. Kalau masih gak enak dipijak kaki, dengan rasa menyesal punya naluri gak bisa nginjak lantai kotor, akhirnya ngepel dilakuin juga.

Bergelut dengan debu, buat aku ingin cuci tangan dan kaki saja. Aku ke dapur maksudnya mau cuci tangan tapi yang terlihat piring, gelas, mangkok, sendok garpu bergelimpangan, naluriku jalan lagi. Ini yang namanya naluri ibu-ibu, gak senang kalau lagi ngeliat rumah berantakan ceileh.
Oke, aku singsingkan lengan baju dan kembali berjibaku.

Kalau yang namanya di dapur, selain ketemu piring kotor, pasti kita bakal ketemu pakaian kotor, kalau pun waktu cukup, aku bakal segera menghidupkan mesin cuci, kalau pun gak ada waktu lagi aku rendam dulu pakaiannya khusus yang warna putih.

Aku pikir sampai disini dulu banting tulangnya. Biasanya semua pekerjaan itu selesai pukul tujuh kurang, nyokap juga ternyata sudah selesai siapin sarapan, kebetulan aku punya jam makan yang gak bisa ditolerir keterlambatannya kecuali mendesak. Jadi jam tujuh aku udah dalam posisi perut kenyang, gak ada cerita gak sarapan dalam kehidupan aku. Mungkin ini juga yang buat aku baik-baik aja dalam menjalankan tugas, makan harus teratur men.

Aku selesai sarapan, para penghuni rumah ini pun juga. Lalu tanpa merasa bersalah mereka satu per satu meninggalkan rumah inidengan jejak pasir dari sepatu di teras belakang dan empat piring kotor tambah punya ku jadinya lima, belum lagi gelasnya dan sendok garpu.

Aku punyakebiasaan gak bisa ninggalin rumah dalam keadaan kotor, aku kembali lagi bergelut dengan debu dan  barang pecah belah, sambil mencuci piring, mesin cuci kelihatan nganggur kupaksa juga dia kerja. Emangnya mau aku aja yang kerja, aku balas dendam sama mesin cuci, rasain lho. Aku masukan 15 potong baju, kuhidupkan mesih dan dia bekerja sendiri, jadi selesai aku cuci piring, mesin pun selesai nyuci. Priring-piring, lantai dan pakaian udah bersih.

Selesai berjibaku, semua beres, semua bersih. Dengan ngerasasok hebat aku lenggang kangkug ke ruang tivi, istirahat bentar. Tapi waktu aku mau ngidupin tipi dan duduk santai, Grrrrrhhhh, ada yang gedor-gedor pagar rumah, ‘siap lagi nih pagi-pagi’, aku buru-buru mau buka pintu, aku lihat ada tukang galon isi ulang, tapi ini bukan abang-abang yang biasa, yang ini ganteng heheh. Aku buru-buru mau ambil jilbab yang biasa aku gantung dekat cermin, eits ngaca dulu,waktu ngaca, “Huaaaaaaa!Jelek kali mukaku, asem, dekil”. GAWAT mana tukang galon isi ulang udah nugguin lagi di luar. Cuma satu kelemahan aku hendak jadi ibu rumah tangga, naluri aku gak jalan waktu aku lihat di cermin mataku masih belekan. Gih mandi sana! (lari-lari ke kamar kandi)pura-pura aja gak ada orang di rumah, gak jadi buka pintu.

Selasa, 12 Juni 2012

Congratulation ^_^

Alhamdulillah, naskah ku jadi Juara I.
Setelah melalui penerimaan 54 naskah, lalu terpilih menjadi dua besar. Senangnya ^_^


Selasa, 29 Mei 2012

Balada Keluarga Redaksi # Catatan Istri Kedua


Aku tak pernah bermimpi bertemu dengan laki-laki mirip Tionghoa ini. Sampai akhirnya takdir tuhan menjadikanku sebagai istri keduanya.

Sama seperti percintaan pada umumnya kami dipertemukan saat perkuliahan. Pria ini teman sekelasku, tapi ia beda satu tahun diatasku. Badannya yang tinggi semampai dan kulit putihnya benar-benar tak pernah kubayangkan akan menjadi pria pendamping hidupku. Aku, berkulit gelap namun satu hal yang paling dicintainya kepintaranku, keaktifanku dan segala kebaikan dari diriku. Tiba lah pada harinya ia mengatakaan ingin menikah denganku.
***
Pria ini tiba-tiba saja hadir di hidupku sebagai pembuka lembaran baru di institut. Kami berteman baik karena rasa persaingan di kelas. Aku malu sekali saat ia menjawab pertanyaan dosen dengan jawaban yang salah. ‘dasar bodoh’ celetukku dalam hati. Tapi keambisiusan kami lah yang menyatukan ini semua. Mulai dari hobi hingga cara pandang hidup semuanya sama. Lalu kami bertukar nomor ponsel. Tak ada yang beda dengan kebiasaan pasangan lain. Smsnya selalu nangkring tanpa aku pancing dahulu. Pria ini sangat agresif. Terus saja tanpa memberiku sedikit jeda. Hanya saat di kelas ia tak layangkan smsnya, namun jika perkuliahan selesai cepat-cepat rasanya ia kirimkan pesan itu walau hanya sekedar bertanya ‘sedang apa?’ atau ‘main tebak-tebakkan yuk?’
Waktunya terlalu singkat. Di semester yang sama, ia mulai mengirim sms yang berbau mesra. Aku tak tau ini serius atau tidak. Ia menyelipkan sebuah pertanyaan dalam candaannya. Yang kubalas juga dengan selera candaanku. Intinya aku jawab ‘tidak’ untuk pertanyaannya. Saat itu juga ia sedikit menjaga jarak. Aku terus bertanya ‘apa itu serius?’ mungkin jika ia serius aku juga akan serius. Tapi ia jawab ‘tidak, hanya bercanda. Aku Cuma ngetes kok, dari semua teman perempuanku yang aku beri pertanyaan itu jawabnya iya, tapi Cuma kamu yang jawabnya tidak’ katanya. Dasar pria pengecut!
***
Lalu bagaimana bisa aku jadi istri keduanya? Bertahun-tahun kami di satu kelas, bertahun-tahun itulah ia tak lagi megnirimiku sms. Hanya sekedar bertanya tugas kuliah. Pernah di momen-momen serius aku tanya lagi, tapi tetap saja jawabannya sama. Sampai benar-benar aku yakin ia tak sedikit pun menyimpan perasaan yang pernah ia tuangkan dalam smsnya dulu. Mungkin memang aku yang mudah terpancing rayuan pria mirip Tionghoa ini. mulai saat itu juga aku dan mungkin ia melupakan saat-saat kedekatan kami. Titik. Aku juga tidak mengerti mengapa ia tak kunjung juga ada di pikiranku saat itu.
Sekitar dua tiga pria mendekatiku aku masih penasaran dengan sikapnya. Aku memang tak memperdulikannya lagi tapi aku hanya ingin tau ‘apa memang benar saat itu dia menyimpan rasa denganku?’ kalau pun memang benar aku tak berpikir untuk bersamanya karena kesibukan perkuliahan lebih dominan di otakku dari pada sejumlah pria-pria manis dihadapanku. Itu lah aku masa kuliah.
Satu lagi. Kami tak pernah berpisah. Walau hatiku sudah tak ada dirinya, tetap jasad kami selalu bersama, bahkan di setiap kesempatan. Maklum kami satu organisasi. Dan yang terakhir kami satu kelompok KKN.
Pria ini menghilang sejak ia putuskan untuk lebih dulu mengecap toga di kepalanya. Aku masih sibuk mengurus beberapa nilai yang dianggap tidak cukup untuk menyandang jubah hitam itu.
Setengah tahun saja tak mencium baunya, aku merasa kehilangan. Keirianku dengannya semakin membuatku ingin cepat-cepat selesaikan kuliah. Akhirnya aku selesai. Tapi aku tak tau ia dimana, tak tau sama sekali.
Selang satu tahun, beberapa temanku menghubungi. Mereka bertanya ‘gimana pria Tionghoa itu? sudahnya kalian menikah?’ aku cengar-cengir mendengarnya. Mereka selalu saja ingat masa-masa itu. Masa masa persahabatan kami berdua bagaikan sepasang kekasih, padahal semua itu fiktif belaka bahkan ada sebagian yang kami skenariokan hanya sekedar membuat yang lain cemburu.
***
Setahun setelah tamat, aku mulai bekerja sebagai staf redaksi di sebuah majalah. Pengalaman organisasi semasa kuliah dulu ternyata memberiku skill untuk bisa mengotak-atik dunia jurnalistik. Karirku semakin memuncak. Majalah tempat aku bekerja pun semakin populer di masyarakat. Diam-diam ternyata majalah tetangga tak kalah populer. Sekali-sekali kulirik siapa saja staf redaksinya. Tak ada satu nama pun yang tak asing di telingaku.
Aku terkejut, telepon di ruanganku berdering. Katanya ada yang ingin bertemu dari majalah lain. Maklum sekarang aku Redaktur Pelaksana siapa saja ingin bertemu akan dengan sangat cepat difilter oleh sekretaris humas kami. Kujawab ‘ya, hari ini kalau dia Redpel seperti ku juga. Kalau dia atasanku besok saja pukul 10.00’. Tut, kuputuskan jaringan.
Aku di kantor sampai larut. Masa lajang kugunakan untuk kerja keras. Rasanya ingin mengembalikan modal orang tua walaupun tak bisa sebanyak apa yang diberikan mereka. Sebenarnya aku masih menunggu siapa yang akan menemuiku itu. Tapi telepon ruanganku tak lekas berdering.
***
Hari ini selera style ku naik lagi. Dengan sepatu kets bak gaya anak kuliahan dan kali ini aku tak ingin naik sepeda motor, naik angkot saja. Lucu. Tak tau ada angin apa. Padahal kalau kuperhitungkan seseorang yang akan menemuiku itu pasti orang yang jabatannya diatasanku tapi kenapa tak ada anggun-anggunnya pakaian ini.
Di kantor aku persiapkan diri. Kalau pun itu bukan orang sesama pers setidaknya siapa saja yang menawarkan politik berita aku tak takut lagi.
Kriiiing. “iya Run.”
“Bu, yang kemarin Pak Sinaga dari majalah tetangga jadi jam sepuluh ini Bu. Dia sudah di ruangan humas. ”
“Sinaga? Pemred majalah tetangga?”
“iya, Bu.”
“ya sudah, saya tunggu di ruangan.” Tut tut tut................................................................
Apa pria itu? hm, banyak marga Sinaga di Medan ini bung!
“Assalamu’alaikum” suara khas bataknya terdengar. Mirip suara pria Tionghoa itu. dan ternyata memang dia.
“Wa’alaikum salam. Hay guys! Aku pikir siapa lah tadi, berani juga dia bilang salam. Pasti dia orang yang kenal aku kan.”
“hay juga cinta! Pake kets masih sok muda aja” pria ini langusng membuang badan ke atas sofa depan meja kerjaku. Suasana ini seperti masa-masa kuliah dan organisasi kami tentunya. Hanya jarak satu setengah tahun yang membuat kami vakum. Aku tak sangaka Romi mau deluan menemuiku. Yang aku tau orang ini sangat perfeksionis sama sepertiku, persaingan tetaplah sebuah persaingan walau ada sekelumit cinta dan kekecewaan.
Aku ikut merapat ke sofa. “gak ada kulihat namamu di majalah itu Rom.”
“iya memang sengaja tidak ada. Beberapa bulan lalu aku gak disini tapi di Malaysia. Pemred kami dipecat gara-gara kena kasus suap.”
“Oooo, masukin berita ya.”
“eh, jangan dong cinta.” Kami tertawa.
Kreeeek. Office boy mengantar minuman untuk Romi. OB ini kelihatan malu-malu sambil berkata ‘maaf Bu.’ Aku mengernyitkan dagu. ‘kenapa dia minta maaf?’ dalam hatiku, tapi aku hanya tersenyum. Sambil OB itu beranjak lagi keluar.
Ternyata saat kupalingkan kepala ke kiri pundakku tangan Romi semi merangkul, ya tentu saja bukan bermaksud memelukku tapi untuk merebahkan tangannya ke senderan sofa.  
Aku mulai cerewet bertanya tentang ini dan itu. semua pengalaman satu setengah tahun tak ada yang terlewatkan. Sampai jam makan siang kami berpisah. “nanti sore aku jemput ya tepat pukul 17.00” kata Romi terus berlalu tanpa balasan ‘iya’ atau ‘tidak’ dari ku.
Yup 16.55 dia sudah nangkring di parkiran. Aku melihatnya memakai jaket biru kesayangannya sejak kuliah dulu dari jendela ruanganku. Sosoknya yang tak dikenal membuat aku leluasa bertemu dengannya, payah juga ceritanya kalau pemred majalah tetangga sering-sering berkunjugn kesini.
“pas kali la, aku emang gak bawa kendaraan lho.”
“bagus lah, mungkin udah firasat bakal diantar orang wkwkwkwk”
Diatas sepeda motornya Romi. “kemana nih? Aku kok sok tau-tauan mau ngantar ente kemana.”
“rumahku masih yang lama kok”
“ke gramed aja ya bentar ada yang mau aku tunjukin”
“buku solo ya? Udah baca kok”
“hehehe, cepat ya.”
“udah lama kaliiiiii”
“hm, berarti belum tau yang baru ni anak.”
“emang ada?”
“liat aja nanti”. Ngeeeeeeeng. 
Awal hubungan setelah perpisahan kami adalah disini. Hantar jemput sudah menjadi kebiasaan. Pria Tionghoa ini pun tak berapa lama kembali mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan ‘Aku mau Lulu jadi istriku’
Pernikahan kami berlangsung satu tahun tanpa anak. Memang singkat. Tapi dengan rasa bersalah tak dapat melayani suami, aku minta berpisah. Ditambah lagi memang aku yang selau sibuk di luar melebihi kesibukan suamiku sendiri. Aku saat itu sangat egois tak memikirkan hubungan serius kami. Maafkan aku suamiku.
Selang setahun, Romi menikah lagi. Tentunya dengan wanita yang dapat melayaninya dengan baik. Aku tau perempuan ini adalah sekretaris redaksi di sebuah majalah dan mungkin karena naluri sekretarisnya lah yang membuat ia lebih telaten mengurusi rumah tangga ketimbang aku. Sedang aku sibuk mengurusi liputan dan reportasi lapangan saja tanpa hiraukan pria bersuku batak yang sama sekali tak keras dengan istrinya ini.
Aku bertemu lagi dengan Romi. Di sebuah pelatihan jurnalistik di pulau Dewata. Kami berdua sama-sama pemateri saat itu. Di akhir acara, Romi serius ingin bersatu dengan ku lagi. Aku pun yang saat itu tak bisa melupakannya mantap mengatakan ‘iya’ walau harus menjadi madu atas izin istri pertamanya. Pernikahan kedua kali dengan orang yang sama membuat aku belajar. Belajar mengatur hidupku. Aku terima semua yang pernah dan sedang terjadi. Aku mulai menyusun komitmen dan rencana walau tidak lagi berdua tetapi bertiga. Ya, aku rasa saat ini lebih baik, walau tetap aku masih haus untuk bersamanya lebih lama. Suamiku, arahkan aku.

Selasa, 13 Maret 2012

Komitmen 1#

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Bagaimana pun komitmen harus dijalankan. Komitmen ibarat sebuah janji kepada diri sendiri. Janji adalah hutang, maka lunasilah.

Berbicara tentang komitmen, mengapa saya harus berkomitmen? Karena dengan ini saya bisa menjalankan aktifias sesuai dengan patokan target. Mengapa harus ada patokan? Berangkat dari sebuah patokan lah kita dapat menghitung sejauh apa kita harus berbuat. Ketika patokan kita tinggi maka bisa jadi usaha yang dilakukan dapat pas mencapai target atau lebih bahkan tidak sedikit yang masih setengah perjalanan. Lalu bagaimana dengan hal yang tidak memiliki patokan? Pasti seseorang itu tidak akan pernah mulai melakukannya atau pun sukses melakukannya.

Inna mal a’malu bin niat. Sesungguhnya setiap pekerjaan disertakan niat.

Niat ibarat patokan dan target. Sedangkan keinginan adalah pekerjaan tersebut. jika kita memiliki niat pasti kita akan melakukan keinginan kita.

Niat juga ibarat planning atau rencana. Biasanya jika seseorang hendak mengisi kegiatan sehari-hari sudah lah pasti membuat perencanaan dahulu, kalau tidak keinginan itu tidak akan pernah terjadi.

Sehari yang lalu, saya sempat mengutarakan sebuah komitmen secara zhahir dihadapan banyak orang. Ini menjadi sebuah tanggung jawab yang jika tidak terealisasi saya akan malu setengah mati. Namun jika tidak begini mungkin untuk berniat pun saya nihil.

Dipecut dulu baru jalan. Merupakan cara jitu berkomitmen. Biasanya seseorang akan benar melakukan sesuatu dengna paksaan. Dengan alasan-dengan hukuman atau segala sesuatu yang dapat berdampak jika tidak melakukannya.

Inilah bentuk selemah-lemah iman untuk berkomitmen. Namun bukankah tidak salah kita memulai dengan pelan-pelan. Mudah-mudahn nantinya akan terbiasa tidak akan lagi ada pecutan baru bersungguh-sungguh, tetapi menyadari bahwa bersungguh-sungguh itu harus. Seperti brand novel A. Fuadi Man Jadda Wa Jada.

Tapi inilah selemah-lemah iman. Manusia tetap lah manusia. belajar untuk berkomitmen dengan hal-hal kecil insya allah di waktu mendatang tidak pun dengan teguran komitmen itu akan selalu ada.

Senin, 13 Februari 2012

Bedanya dari Aku


Mungkin teman-teman cewek lain pada nunjukin tanda tanya "?" ke aku atau ngasih pandangan agak-agak tengil gitu.
Aku, cewek yang suka menjauh dari gerombolan cewek ini sebenarnya mengidap penyakit phobia.
phobia dengan geng cewek atau gerombolan cewek bising.

Bising jadi kata kunci untuk menjauh. Pasalnya gak tau kenapa kalau udah gabung bareng cewek-cewek itu bawaannya bakal nambah dosa dengan ngebicarain sesuatu yang gak guna.

Tapi sebenarnya tipe cewek itu ada dua. Tipe cewek serius dan gak serius.
Serius dan gak serius bisa dilihat dari cara mereka memilih topik pembicaraan dan cara mereka mengomentari sesuatu.

Tipe cewek serius ya seperti aku, aku gak tau ini namanya apa. Cuma aku ciptain kata-kata sendiri dengan label "cewek serius" jauh dari jangkauan keramaian sia-sia. Apa mungkin area yang aku tempati ini memang gak cucok buat berinteraksi dan mengeluarkan aura keperempuananku yang lain dari mereka. Coba bayangin mereka pada ngeluh capek, pada ngeluh ini itu gak bisa, dan grasak grusuk setiap kali mau ngelakuin sesuatu. Anehnya lagi diam-diam mereka suka ngebicarain orang lain.

Atau aku punya label gak normal sebagai cewek. tapi kalau ingin membela diri, kenapa mereka sellau punya topik pembicaraan yang tipis banget. Kenapa gak lebih bagus diam aja, atau baca buku motivasi, buat tulisan, dan ikut lomba. Kan perempuan gak gitu-gitu juga kali di stand up comedy nya Radit, dia bilang "Kalau cewek itu dah ketemu mereka selalu bising"

SEMANGAT itu AKU

Semangat adalah air yang senantiasa mendidih, deru ombak yang selalu nyaring, dan kegigihan yang luar biasa.

Ialah yang melakukan lompatan ke puncak dan terbang ke tempat tertinggi.

Semangat adalah hati yang penuh gairah, jiwa yang penuh rindu, dan cita-cita yagn tinggi.

Ia mampu membawa pemiliknya mengembara walaupun dia sedang tinggal di rumah, dan membawanya berjalan-jalan walaupun dia sedang diam.

WAHAI ORANG-ORANG YANG BEROTAK CERDAS DAN PAHAM AKAN KATA-KATA, JANGANLAH ENGKAU MENDEKAM SAJA DI KAMAR. BURUNG-BURUNG MENINGGALKAN SARANG UNUTK MENCARI REZEKI; KADAL KELUAR DARI LUBANG UNTUK MENCARI MAKAN; SEDANGKAN anDA, APA YANG Anda tunggu?

Seorang ahli hikmah berkata, “Nilai manusia terletak pada semangatnya, bukan pada jumlah harta yang dimilikinya.”

BELAJARLAH UNTUK SELALU BERLOMBA.

BERSEGERALAH, SEKALI LAGI BERSEGERALAH, SEBAB SIANG DAN MALAM DAPAT MELAPUKKAN ANDA, TANPA ANDA SADARI

Rabu, 08 Februari 2012

Karakter Orang Kita

Wedew...libur di rumah yang jadi tontonan malah infotainment. Semua artis pada tuduh-tuduhan dan ngelaporin rivalnya ke pengadilan atas pencemaran nama baik dan perlakuan tidak mengenakkan. Kacau banget...gak tau mana yang benar dan salah. Ini nih yang jadi tontonan anak Indonesia.

Gak cuma artis tapi juga pejabat-pejabat kita yang secara tidak langsung memberi contoh sikap dan tindakan orang Indonesia dalam menyelesaikan masalah.

Sedikit perenungan.
Apa cocok kita menyalahkan mereka tanpa kita berbuat apa-apa? Misalnya gini, kenapa gak kita aja yang merasa hebat mengambil profesi mereka. Seperti artis, kalau yang kita lihat isunya suka zina dan ngumbar-ngumbar aurat kenapa gak kita yang tampil di tivi dengan program acara yang lebih religi? kok komentar.

Masih merenung. Kenapa gak kita aja yang jadi pejabat, biar tatanan negara jadi lebih baik dengan kejujuran dan taat hukum yang diberlakukan. Bukan memilih pejabat yang dari dulu udah diindikasi akan melakukan tindak kezhaliman kepada rakyatnya.

Kenapa? kenapa? saatnya kita yang berpikir seperti itu untuk menjadi generasi penerus yang baik dan amanah...betul?

Gitu deh suasana yang aku cium sekarang ini dari Indonesia. Emang sekarang orang pada gak tau malu, tapi masih ada kita-kita yang peduli tentang itu. So, apa salahnya mulai dari titik generasi kita mengubah image itu.

fokus berita yagn terakhir - aamiin

butuh berhari-hari juga untuk mikir fokus berita rubrik reput. fuih, mudah-mudahan ini fokus berita yang bisa aku jalanin sampe rampung beritanya nanti. kalau dibilang telat mungkin gak juga ini sangat kebetulan dan aku tau ini dari Allah, Allah yang buat aku mikir ni jadi sebuah fokus berita yang emang harus digarap.hm, mudah-mudahan berjalan lancar.

Rabu, 18 Januari 2012

Hanya kepada Mu lah aku meminta, dan hanya kepada Mu lah aku memohon pertolongan

Ya Allah hamba memohon agar Allah memilihkan yang baik menurut Engkau ya Allah. Dan hamba memohon Allah memberikan kepastian dengan ketentuan-Mu dan hamba memohon dengan kemurahan Tuhan yang Besar Agung. Karena sesungguhnya Allah yang berkuasa sedang hamba tidak tahu dan Allah lah yang amat mengetahui segala sesuatu yang masih tersembunyi. Ya Allah, jika ALlah mengetahui bahwa persoalan ini baik bagi hamba, dalam agama hamba dan dalam penghidupan hamba, dan baik pula akibatnya bagi hamba, maka berikanlah perkara ini kepada hamba dan mudahkanlah ia bagi hamba, kemudian berilah keberkahan bagi hamba di dalamnya. Ya Allah, jika Allah mengetahui bahwa sesungguhnya hal ini tidak baik bagi hamba, bagi agama hamba dan penghidupan hamba, dan tidak baik akibatnya bagi hamba, maka jauhkanlah hal ini dari pada hamba dan jauhkanlah hamba dari padanya. Dan berilah kebaikan dimana saja hamba berada, kemudian jadikanlah hamba orang yang rela atas anugerah-Mu. Aamiin

Sabtu, 14 Januari 2012

nambah atau ngurang

makin menggila aja. mungkin salah satu caranya aku gak perlu mementingkan kemaluan huahhahahahah...
berekspresi sebisa mungkin dan itu hal-hal positif.