Minggu, 02 Januari 2011

Memadukan Kegiatan Membaca-Menulis


Latar belakang mulai membaca Quantum Writer adalah karena ajakan pak Hernowo untuk memperbanyak bahan bacaan menulis kita. Stop! Tinggalkan suara kritik. Alasan selanjutnya karena ya memang aku sekarang ini sedang jatuh cinta dengan menulis. Dalam buku pak Hernowo juga dikatakan menulis itu pasangannya membaca, dan membaca membutuhkan menulis. Ini semua ada kaitannya dengan buku pak Hernowo Mengikat Makna Update.

Buku ini sudah pernah kuterge sebelumnya, tapi karena tak pernah berjumpa dengan sosoknya jadi aku sedikit melupakannya. Namun buku ini sudah ada di tanganku, jadi sekarang waktunya membaca dan tangkap ilmunya.

Pada bab pembuka QW menawar kan sistem menulis yang baru ini aku dengar, namanya PAK! Apa itu PAK! [sengaja dijadikan pertanyaan, ecek-eceknya kan reporter banyak nanyak gitu, banyak ingin taunya] jawabannya adalah:
P : Pusatkan Pikiran – buat gugus dan menulis cepat
A : Atur – atur ppoin-poin pikiran mu, baut kerangka
K : Karang – mualilah pasang target dan membuat draft
! : Hebat – hajar terus
Sistem PAK! dapat digunakan pada jenis tulisan apapun.

Banyak dari penulis mengalami kesulitan saat memulai. Ini dikarenakan ada dua suara yagn kita dengar. Suara yang pertama adalah suara kreatif, suara yang terus mengalirkan ide-ide kreatif unutk ditulis. Suara yang kedua adalah suara kritik, suara yang senantiasa memberikan aturan untuk memperbaiki kesalAhan. Dalam penulisan naskah tidak ada naskah yang langsung jadi. Menulis membutuhkan waktu edit, dan ini kesempatan untuk mengedit. Banyak penulis sebelum tau prosedur menulis mengedit tulisan mereka seiring penulisan berlangsung. Misalnya pada saat mulai menulis kita mengalami kesulitan mencari angle yang tepat agar tulisan terus mengalir, ini ya karena kita sibuk dengan pemilihan kata yang enak, dimulai dengan hal yang amazing, inilah, litulah, inilah, dan semuanya mejadi fikiran membuat tulisan kita mandek. Bahkan saya senang sekali baru dengan satu kalimat sudah merasa tidak enak dengan yang ditulis karena bingung. Terakhirnya selalu menutup lembar kerja kembali, hanya menatap lembar kosong, penuh kesalahan dan malas untuk menyambungnya.

Penulis yang baik adalah penulis yang mampu menggunakan suara kreatif dan suara kritik secara sekaligus
Berbicara tentang memulai tulisan, memanglah sulit. Memulai itu butuh waktu, konsisten dan kontinu. Alah bias karena biasa. Semua butuh kebiasaan agar bisa lancar. Setelah kalian tau bagaimana dahsayatnya menulis secara keseluruhan indera kalian bekerja dan segar, merasakan nikmatnya menulis tanpa ada tanda-tanda stop.

Menulis membutuhkan membaca, dan membca butuh menulis. Dalam buku Hernowo, membaca dinikahkan dengan menulis. Dari membca kita mendapatkan ilmu dan dengan menulis kita mengikat ilmu. Ibarat mendapatkan hewan buruan. Apakah kita lepas setelah ditangkap, atau dibiarkan setelah bersusah payah menangkapnya. Sia-sia bukan.

Ada banyak alasan orang melakukan sesuatu, termasuk banyak alasan mengapa seseorang harus mulai membaca dan mengakhirinya dengan menulis. Sampaikanlah walau satu ayat. Menuntut ilmu itu wajib apalagi menyampaikannya. Untuk menyampaikannya kita butuh alat penjaga ilmu, yaitu dengan menulis. Banyak orang senang membaca tapi tidak bisa mengambil inti sari dari bacaan ya karena tidak tau cara mengikat ilmunya. Apakah kita mau semua sia-sia? Membaca butuh konsentrasi tinggi tapi disia-siakan, menyayangkan sekali.

Tulislah apa yang kalian anggap itu penting. Jadikan tulisan sebagai pengingat kita jika kalian termasuk pada orang yagn susah mengingat. Siapa yang akan mengjaga ingatan kita kalau bukan kita. Jangan harapkan catatan teman saat belajar. Selain mengganggu teman, ini juga tidak praktis.

Hayo, lekaslah menulis. Menulis itu bagaikan mengikat makna. Mengikat hewan buruan. Menulis hal yang dapat menyimpan, mengulang waktu, pengingat kita.

Kata bang Radinal, “menulis itu asyik lho” so, janganmalas unutk menulis, menulis bukan sesuatu yang formal, jangan pernah takut unuk memulai. Jika mau memulai, mulai dengan yang suka-suka, yang penting love activity.
Nah setelah mengerti bagaimana mulai menulis, ayo kita masuk ke sesi selanjutnya

Pusatkan Pikiran.

Pernahkah teman-teman merasakan memulai tulisan hampir berjam-jam tapi tidak menghasilkan. Sudah nongkrong di depan laptop, tapi lagi-lagi ditutup dengan masih keadaan kosong juga. Atau kertas tulis anda hanya dipandangi sambil mengernyitkan dahi, menggigit-gigit pensil dan akhirnya kertas dikoyakkan. Mungkin ini dampak suara kritik yang amat besar.

Jadi ingat, di dalam Pusatkan Pikiran terdapat dua cara jitu, yaitu gugus – membuat gugusan . ini proses pengumpulan ide. Kalau kamu ingin menulis tentang Motivasi Menulis, ya sudah pasti harus ada persiapan seperti banyakk membaca buku motivasi menulis. Ketika kamu ingin mnulis tentang psikologi pendidikan ya harus ada referensinya, sandarannya. Ketika kamu ingin menulis tentang kebersihan lingkungan ya kamu mau tidak mau harus membuat persiapan. paling tidak inti tulisan mu ada di otak sekarang ini.

Nah jadi pada saat rosses pengumpulan data, insya allah tulisan lancar, karena kita tau apa yang mau kita tulis. Jangan berharap menulis tentang peerekonpakian tetapi ilmu tentang ekonpaki mu kurang. Bias-bisa hanya terka dan tulisan kita seperti dipaksakan. Hindari tulisan tanpa feeling. Setiap tulisan mempunyai sense yang terkandung di dalamnya. Seorang pembaca atau penulis sekalipun biasanya tau bagaimana kondisi saat tulisan ini dibuat. Sikap yang menggebu-gebu dapat ditemukan dalam gaya penulisan penulisnya. Apalagi penulisan puisi. Hem jangan harap tulisan kita dapat dimengerti pembaca jika tak ada sense nya. Terakhir-

Action.
Di sini, paksaan untuk menulis apapun yang ada di pikiran anda. Lakukan dan rasakan!!!

3 komentar: