Senin, 14 September 2015

Target dan Rencana - One Day One Page



Page 10

Kemarin sore aku meluangkan waktu untuk diskusi dengan teman lama ku, Romi. Aku pikir bertukar fikiran akan merefresh aku yang sudah usang seperti ini. Jadilah kami nongkrong di kedai kopi daerah Sei Serayu.

Perbincangna kami bertahan kurang lebih 4 jam. Mulai dari idealisme masing-masing mengambil S2, target kedepan, urusan asmara kami masing-masing, kesempatan berwirausaha, hingga nasihat untuk bisa menabung.

Romi cukup mandiri di mataku. Dia cukup realistis sebagai seorang laki-laki. Dia juga pekerja keras. Dibandingkan aku, Romi jauh lebih bisa mengatur hidupnya, waktunya, dan keuangannya. Jadi sebenarnya diskusi kami kemarin itu kebanyakan Romi lah yang menjadi penengah dari masalah yang aku hadapi.

“Ada tiga orang dengan penghasilan yang sama. Katakanlah seorang guru di Medan berpenghasilan 2,5 juta per bulan. Orang pertama mendedikasikan gajinya untuk memperindah rumah, rumahnya pun tak tanggung-tanggung mewahnya. Orang kedua mendedikasikan gajinya untuk jalan-jalan, life style, nonton, nongkrong bareng teman. Sedangkan orang ketiga mendedikasikan gajinya untuk rumah, pendidikan, jalan-jalan, kebutuhan pokok, bisa kredit kendaraan dan punya tabungan. Lalu pertimbangannya mana yang lebih kaya kelihatannya?”

“Orang ketiga.”

“Padahal mereka punya gaji yang sama, tapi lihat bagaimana salah satunya bisa mengatur kebutuhannya. Guru-guru tempat aku mengajar heran mengapa aku bisa jalan-jalan ke luar negeri, kuliah s2, menyewa kamar kost, kredit kendaraan, punya tabungan padahal gaji kami sama.”

Hahaha, beda jauh banget dengan aku. Gaji 3juta per bulan aku belum kemana-mana. Bahkan gak kepikiran nabung, buset gak tuh. Sukanya nyesal kalau udah butuh sesuatu tapi dompet udah tipis gara-gara gak bisa kontrol cuma untuk nonton, beli buku, makan, sedekah. Hal-hal biasa tapi kok bisa mengeluarkan bajet luar biasa. Ckckck, lulu oh lulu.

Tapi memang kebutuhan dan keinginan orang beda-beda, ada orang yang hanya butuh rumah sederhana, yang penting nyaman. Ada orang yang butuh jalan-jalan, gak mesti ke luar negeri, karena alasan dia terlalu cinta dengan Indonesia sehingga memilih untuk menelusuri kearifan lokal dahulu. Ada yang tidak memilih lanjut S2 karena menurutnya dengan S1 pekerjaannya pun bisa dikerjakan dengan baik. Ada yang masih memanfaatkan angkutan umum daripada berkenderaan sendiri. Dan banyak hal-hal lain yang tidak bisa kita generalisasikan.

“Welfare.” Tulisnya dalam kertas. “Tau apa arti welfare? Artinya sejahtera. Sejahtera menurut Lulu seperti apa?”
 “Buat aku sejahtera itu bebas. Bebas mau kemana aja, melakukan apa aja, hidup tenang.”
“Oke, kalau mau kemana aja kita butuh apa? Uang?”
“Iya sih.”
“Makanya dari sekarang buat target, nabung. Kurangi ngafe lah. Berangkat haji aja harus nabung. Mau dapat penginapan di dekat Ka’bah aja harus ada uang tambahan, kalau mau dapat penginapan yang biasa ya terpakasa ke Ka’bah naik bus lagi.”

Walau kutipan pembicaraan kami sekilas terlihat meterialistis paling gak itu cukup jadi pelajaran buat aku yang gak bisa ngeram tangan untuk ngerogoh kantong untuk sesuatu yang sewajarnya.
Padahal enam bulan lalu aku berpenghasilan 3 juta perbulan. Tapi pikiranku pendek banget. Sampe aku bingung mau ngabisin uang itu kemana aja. Kalau makan dan tempat tinggal udah ditanggung orang tua, ngasih adik-adik sudah, beliin orang tua suatu barang juga udah, selebihnya uangku habis untuk hal-hal kecil yang aku besar-besarkan. Kacau banget menajemen diri aku. Kacau, parah.

Ternyata kelirunya aku adalah, perencanaan yang tidak ada. Aku tidak merencanakan penghasilanku itu untuk kemana saja dan apa saja. Itu kelirunya. Satu lagi, tidak berpikir panjang. Gak punya visi kedepan. Hahaha, terlalu nyaman di ketek orang tua. Merasa bahwa perempuan itu selalu ikut si laki-laki, jadi gak ada rasa tanggung jawab sama diri sendiri. Ternyata aku begitu yah. Waduuuuh. Masih ada gak ya laki-laki yang mau sama aku kalau udah baca blog ini. Hahaha. Pada takut diporotin ini jadinya.

Hayo mau kapan mulai buat target dan rencananya? Jangan lama-lam ya. Secara bulan Oktober nanti usiaku 24 tahun. Masa iya jadi yang lebih burk dari sebelumnya. Gak kan? Ayo Lulu mulai dari sekarang deh, gak ada kata terlambat. Semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar