Page 10
Kemarin sore aku meluangkan waktu untuk diskusi
dengan teman lama ku, Romi. Aku pikir bertukar fikiran akan merefresh aku yang
sudah usang seperti ini. Jadilah kami nongkrong di kedai kopi daerah Sei
Serayu.
Perbincangna kami bertahan kurang lebih 4 jam. Mulai
dari idealisme masing-masing mengambil S2, target kedepan, urusan asmara kami
masing-masing, kesempatan berwirausaha, hingga nasihat untuk bisa menabung.
Romi cukup mandiri di mataku. Dia cukup
realistis sebagai seorang laki-laki. Dia juga pekerja keras. Dibandingkan aku,
Romi jauh lebih bisa mengatur hidupnya, waktunya, dan keuangannya. Jadi sebenarnya
diskusi kami kemarin itu kebanyakan Romi lah yang menjadi penengah dari masalah
yang aku hadapi.
“Ada tiga orang dengan penghasilan yang sama. Katakanlah
seorang guru di Medan berpenghasilan 2,5 juta per bulan. Orang pertama
mendedikasikan gajinya untuk memperindah rumah, rumahnya pun tak
tanggung-tanggung mewahnya. Orang kedua mendedikasikan gajinya untuk
jalan-jalan, life style, nonton, nongkrong bareng teman. Sedangkan orang ketiga
mendedikasikan gajinya untuk rumah, pendidikan, jalan-jalan, kebutuhan pokok,
bisa kredit kendaraan dan punya tabungan. Lalu pertimbangannya mana yang lebih
kaya kelihatannya?”
“Orang ketiga.”
“Padahal mereka punya gaji yang sama, tapi
lihat bagaimana salah satunya bisa mengatur kebutuhannya. Guru-guru tempat aku
mengajar heran mengapa aku bisa jalan-jalan ke luar negeri, kuliah s2, menyewa
kamar kost, kredit kendaraan, punya tabungan padahal gaji kami sama.”
Hahaha, beda jauh banget dengan aku. Gaji 3juta
per bulan aku belum kemana-mana. Bahkan gak kepikiran nabung, buset gak tuh. Sukanya
nyesal kalau udah butuh sesuatu tapi dompet udah tipis gara-gara gak bisa
kontrol cuma untuk nonton, beli buku, makan, sedekah. Hal-hal biasa tapi kok
bisa mengeluarkan bajet luar biasa. Ckckck, lulu oh lulu.
Tapi memang kebutuhan dan keinginan orang
beda-beda, ada orang yang hanya butuh rumah sederhana, yang penting nyaman. Ada
orang yang butuh jalan-jalan, gak mesti ke luar negeri, karena alasan dia
terlalu cinta dengan Indonesia sehingga memilih untuk menelusuri kearifan lokal
dahulu. Ada yang tidak memilih lanjut S2 karena menurutnya dengan S1
pekerjaannya pun bisa dikerjakan dengan baik. Ada yang masih memanfaatkan
angkutan umum daripada berkenderaan sendiri. Dan banyak hal-hal lain yang tidak
bisa kita generalisasikan.
“Welfare.” Tulisnya dalam kertas. “Tau apa arti
welfare? Artinya sejahtera. Sejahtera menurut Lulu seperti apa?”
“Buat aku sejahtera itu bebas. Bebas mau kemana
aja, melakukan apa aja, hidup tenang.”
“Oke, kalau mau kemana aja kita butuh apa? Uang?”
“Iya sih.”
“Makanya dari sekarang buat target, nabung. Kurangi
ngafe lah. Berangkat haji aja harus nabung. Mau dapat penginapan di dekat Ka’bah
aja harus ada uang tambahan, kalau mau dapat penginapan yang biasa ya terpakasa
ke Ka’bah naik bus lagi.”
Walau kutipan pembicaraan kami sekilas terlihat
meterialistis paling gak itu cukup jadi pelajaran buat aku yang gak bisa ngeram
tangan untuk ngerogoh kantong untuk sesuatu yang sewajarnya.
Padahal enam bulan lalu aku berpenghasilan 3
juta perbulan. Tapi pikiranku pendek banget. Sampe aku bingung mau ngabisin
uang itu kemana aja. Kalau makan dan tempat tinggal udah ditanggung orang tua,
ngasih adik-adik sudah, beliin orang tua suatu barang juga udah, selebihnya uangku
habis untuk hal-hal kecil yang aku besar-besarkan. Kacau banget menajemen diri
aku. Kacau, parah.
Ternyata kelirunya aku adalah, perencanaan yang
tidak ada. Aku tidak merencanakan penghasilanku itu untuk kemana saja dan apa
saja. Itu kelirunya. Satu lagi, tidak berpikir panjang. Gak punya visi kedepan.
Hahaha, terlalu nyaman di ketek orang tua. Merasa bahwa perempuan itu selalu
ikut si laki-laki, jadi gak ada rasa tanggung jawab sama diri sendiri. Ternyata
aku begitu yah. Waduuuuh. Masih ada gak ya laki-laki yang mau sama aku kalau
udah baca blog ini. Hahaha. Pada takut diporotin ini jadinya.
Hayo mau kapan mulai buat target dan
rencananya? Jangan lama-lam ya. Secara bulan Oktober nanti usiaku 24 tahun. Masa
iya jadi yang lebih burk dari sebelumnya. Gak kan? Ayo Lulu mulai dari sekarang
deh, gak ada kata terlambat. Semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar