Page 11
Semalam aku gak posting tulisan, karena
seharian di luar. TPM (Tes Potensi Mengajar) dan adaptasi di salah satu bimbel.
Walau cuma perform satu materi dan selebihnya duduk memerhatikan tutor lain
mengajar, ternyata cukup menguras energi juga. Tapi banyak banget pelajaran
yang aku dapat dari mereka.
Hm, dalam benak merintih, ‘This is the way that
god give to me’. Yah, guru, pengajar, atau tutor kira-kira itulah istilah yang
selama tiga tahun ini kusandang. Sempat berfikir untuk melepas atribut itu tapi
sulit. Sulit untuk menentang takdir tuhan.
Setelah berbulan-bulan di rumah mencoba
melarikan diri dari kegiatan belajar mengajar, aku kangen juga untuk bisa show up lagi. Padahal aku sempat bilang
ke Tika (teman kampus) kalau lebih memilih bekerja di dalam rumah untuk
sementara ini sebagai editor dan penulis, ternyata eh ternyata, hm entahlah agak sulit juga
menjelaskannya.
Dari empat anak orang tuaku yang sudah
berkuliah, hanya aku yang masuk ke jurusan pendidikan. Itulah gen yang
diwariskan dari orang tuaku. Karena mama dan abah berprofesi sebagai guru. Ketiga
saudaraku yang lain mengambil jurusan medikal. Kakak pertama-jurusan Kedokteran
Gigi, adik perempuanku-jurusan Akademi Kebidanan, dan adik laki-lakiku
mengambil jurusan Dokter Hewan. Jadilah aku, si Lulu-PENDIDIKAN Bahasa Inggris.
Masih ada satu lagi adik laki-laki paling kecil, tahun depan baru kita tau dia
lulus di jurusan apa.
Jika diurutkan secara
gen, maka wajar jika aku menjadi seorang guru. Pasalnya generasi diatas ku dalam
keluarga kami rata-rata berprofesi sebagai GURU. Jadi memang kalau aku menjadi
guru bukan suatu penyimpangan., malah menyimpang jika aku mati-matian gak mau
dibilang guru. Hahahha.
Aku selalu mengeluh capek. Jadi guru itu capek.
Capek kalau cuma punya ilmu pas-pasan. Capek kalau gak punaya metode,
pendekatan, strategi, teknik yang jitu dalam menaklukan murid. Capek kalau gak punya
suara kuat. Capek kalau punya fisik yang lemah. Capek kalau pake high heels di sekolah, hahaha. (yang ini
becanda). Tapi capek itu bisa terbayar ketika murid-murid kangen dan kehilangan
kalau kita gak masuk kelas; kalau pulang gak hanya disalamin tapi diciumin; lagi
di kantor dibawain jajanan; ketika perpisahan nangis gak mau pisah. Hahahha.
Mungkin ini yang disebut panggilan jiwa, atau
ya takdir dari tuhan. Aku masih belum tau lagi nasib aku di bimbel ini, aku
harap semua dipermudah dan dilancarkan. Apalagi aku yang kadang agak sulit
beradaptasi dengna orang baru, ribet dah. Balik lagi dari nol. Mengajar di
sekolah formal, sekolah alam/non formal, dan sekarang bimbigan belajar, jadi
pengalaman yang gak akan bisa dilupain dah. Masing-masing punya jalannya. Nikmati
aja.
Selamat datang si Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
cie.. takdirnya emang jadi cekguu
BalasHapusHahahha, begitulah mbeng :)
Hapus