Rabu, 30 November 2011

Padang II

Masih dengan kapala yang cekat cekot. Sebenarnya sedikit pusing kalau harus mandangin monitor laptop lama-lama. tapi rasanya juga kagak afhdol kalau gak curhat.



Gitu aku buka mata masih separoh karena takut om dah datang. Tiba-tiba muncul sosok wajah yang diagung-agungkan pecinta sains, yaitu Einstein yang ternyata dari aku mulai memijakkan kaki di kamar ini dia udah melet-melet. Serem juga bangun tidur udah ngeliat dia. Kapala aku masih pusing, tapi waktu ditokok-tokok bagian depan kapala nyerinya reda habis tu munucl lagi.



Om akhirnya datang dengan sebeumnya dapat pengarahan via telphon. Alhamdulillah akhirnya ketemu om juga, titipan ibu juga udah tersampaikan. Ditemani kak elin (mahasiswi unand) pertemuan malam itu berakhir dengan happy ending si om ngasih uang saku buat aku. Asiiiik ada tambahan unutk oleh-oleh orang di kampung...wkwkwkwk

Prepare

Kepergian kali ini terlintas sedikit kedilemaan. Pasalnya masih ada mata kuliah yang belum mid semester. Bagaimana bisa seorang lulu lenggang kangkung meninggalkan itu. Apalagi orang tipe sepertinya gak bias tenang and grasak grusuk.

Seminggu sebelum pergi banyak yang harus dipersiapkan. Heran juga nih, sudah mikirin tugas yang berminggu-minggu mendatang. Loh, emang harus!

1# Filantropi JobDesknya Agent of Change

Kalau zaman sekarang Shuffle dance emang banyak digandrungi anak sekolahan. Nah sekarang gua pengen memperkenalkan satu keunikan yang mungkin hanya beberapa kelompok anak manusia semuda kita-kita yang mau berfilantropi.

Filantropi???? Apaan tuh? Kok bahasanya gak gaul banget sih? Ketinggian..? cocokny abuat pebisnis kaya tuh? Atau lembaga sosial dimanaaaaaaaaa gitu.

Eits, siapa bilang. Filantropi itu menurut wikipedia.com adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama (manusia) sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain.

Apalagi buat kita yang berstatus agent of change, gak ada ruginya untuk memulainya dengna hal-hal kecil yang pada dasarnya sudah ada dalam hati nurani kita masing-masing.

Melihat status ekonomi dan pendidikan di Indnesia yang carut marut, ternyata menjadi ide briliant bagi sekelompok remaja yang ingin menggeluti dunia filantropi. Dalam konteks sosial filantropi lebih dikenal dengna sikap kedermawanan. Indonesia mungkin akan sedikit sejahtera jika banyak warganya yang mau berfilantropi. Bukan ghibah ni ya, tapi bayangin aja gajinya om dan tante di DPR dan MPR atau pejabat-pejabat lainnya...dengan gaji yang bisa menghidupi 5 keluarga dalam setahun membuat teman-teman kita yang bernasib kurang baik gigit jari jika sampai hak-hak mereka dalam harta para pejabat dimonopoli sendiri.

Secara manusiawi kita ikut menghambat hak-hak mereka. Yang diantaranya hak hidup, hak mendapat pendidikan, hak disantuni dan lain-lain. Jika kita tetap diam dan merasa mereka bukan bagian dari negara kita. Dalam UUD pasal 34 Anak yatim dan anak terlantara dipelihara oleh negara.

Menjadi seorang yang filantropi tidak hanya bisa dilakukan dengan bentuk materi atau kekayaan. Sebagai seorang yang berpendidikan kita mungkin dapat mengajarkan sedikit ilmu bertahan hidup heheheh. Atau dengan membuka kegiatan belajar mengajar TIK. Kenapa pilih TIK. Hm, zaman sekarang dunia informatika jangan harap didapati jika tidak menguasai teknologi. Yup, salah satunya komputer. Untuk kita yang beruntung, dari SD juga udah megang BB (Blackberry). Komputer sampai tablet pc juga udah diluar kepala gunainnya. So, tanpa modal yang menguras seluruh kocek dan keringat, kita bisa ikut andil dalam membebaskan kemiskinan atau kekrisisan tekonologi dalam kepala teman-teman kita.

Tidak ada yang tidak mungkin. Setiap niat pasti ada jalannya. Apalagi niat yang baik, yang menghantarkan kepada jiwa-jiwa yang mulia.