Kamis, 09 April 2015

The Dead Heart - One Day One Page

Page 5

“Jangan banyak tertawa, karena dapat mematikan hati.”
Sambil membaca dan membawa buku karya Abdul Wahid, aku berpindah mencari tempat lebih sunyi. Di tengah mencari ruangan, aku berhenti sejenak di ruang tivi. Ada sosok kocak pada tayangan televisi tadi. Kocak memang kocak, tawaku pun pecah. Pecah sepecah pecahnya. Tetiba mataku mengarah ke dinding. Kulekatkan fokus mata pada jam dinding, jadilah aku masuk ke kamar lagi.
***

‘Mati sudah, mati. Hatiku mati. Tawaku pecah, mematikan hati. Kini sesal yang menanti.’ Indah nasihat para ulama, menghidupkan hati. Lembar ke lembar kucari-cari, untuk mengisi hati yang sunyi.

Sudahlah kudapat ide menulis. Kukerahkan perasaan hati untuk mendongkrak makna tersembunyi. Namun rugi bertubi-tubi, sudahlah dapat cacian maki, kini Tuhan pun murka lagi.

Awalnya aku memang hendak menulis untuk malam ini. Tulisan sebuah penyesalan diri. Sepertinya aku melakukan hal yang salah, karena aku tak sesuaikan perkataan dan perbuatan. Memberi nasihat untuk orang lain, padahal diri lebih –lebih harus diperbaiki.

Namun buku yang zhahirnya udah kuselesaikan berkali-kali itu sulit untuk dilacak halamannya. Aku sengaja mencari-cari lembar nasihat yang tepat, tapi hati yang mati memberi arti. Memberi arti bahwa keburukan tak akan pernah menemukan kebenaran.

Begitulah ganjaran bagi orang yang melakukan kesalahan dengan pengetahuan.

Kucari lagi. Terus kutelusuri lembar per lembar. Bukannya yang aku cari, tetapi nasihat lain yang seolah menyindir diri.

Kutemukan yang pas, tapi angin meniup lembarnya dan hilang lagi. Kucari lagi, lagi-lagi menyentil diri.

Barulah kusadari,
“Celakalah seseorang yang paham dan tahu bagaimana membersihkan orang lain, sedangkan dirinya buta untuk membersihkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin seorang yang buta dapat memimpin orang lain?”

Kata Imam al-Ghazali, ‘Makhluk yang paling mulia di dunia ini adalah manusia, dan bagian tubuh manusia yang paling mulia adalah hati.’

Maka lepaskanlah dirimu darinya (dari hal-hal yang dapat merusak dan mematikan hati) dan kembalikanlah hatimu kepada al-Haqq.


#OneDayOnePage

PING Telepathy - One Day One Page

Page 4

Dua kali sudah tertunda. Maaf ya Shofie dan mba Zee. Dua perempuan berkacamata harus masuk dulu dalam daftar tunda. Sebelumnya aku sudah prepare untuk sedikit cuap-cuap tentang mereka, penasaran gimana ceritanya? Tunggu ODOP selanjutnya.
***

Beberapa saat sebelum melakukan ritual ODOP.
PING!!!
‘Romi?! Ngapain ngePING, apa karena personal massage-ku sedang berkabung jadi nih anak ngePING. Tumben.’
Kulihat lagi, ‘Romi is writing…’
“PING!!!”
Kali ini bukan pesan bertuliskan ‘PING’ tapi sound pesan bbm dari Romi.
Katanya, “…………
Haduuh, terusin gak ya ceritanya. Terusin gak nih Rom? Boleh? Ya udah gak papa.

Hm, inilah percakapan kami yang lulus sensor.
R: “EmEm yok,”
L: “Aku tadi baru pulang EmEm,”
R: “Trus?”
L: “Yah, mudah-mudahan positif.”
R: “Kok gak EmEm aja? Aku lagi tertarik sama Doski.”
L: “Kenapa emangnya? Ada apa dengan Doski?”
R: “Gak tau, God guides me to choose that now.”
L: “Keep calm and stay in your guidance.”
R: “Masih ada 2 bulan lagi untuk berfikir.”
L: “Aku mau lanjut ODOP page 4. Klo gini ceritanya bakalan nulis tentang kita la.”
R: “Lanjut la,,,boleh-boleh.”

Haduuuh, apa ya. Ibarat bermain puzzle, walau diacak, diserak, dicerai-beraikan, namun untuk mencapai suatu keutuhan dimanapun kepingan puzzle itu akan tetap kembali dan menempati tempatnya semula.

Nih anak punya telapati yak? Bukan seberapa freak-nya percakapan yang sudah aku sensor tapi dua fikiran yang sama dalam tempat berbeda dan jarak jauh, gak tau dia dimana, gak tau udah berapa lama  but‘Damn, the signal still in pinging.’

Mungkin tak bisa dihitung, berapa kali aku menyebut-nyebut ‘Romi’ dalam beberapa cerita. Kalian juga tahu lah siapa Romi dalam kehidupan seorang Lulu.

#OneDayOnePage


Kumpulan Nasihat Sehari-hari Penyejuk Hati, Abdul Wahid - One Day One Page

Page 3

Nasihatilah dirimu terlebih dahulu barulah kemudian menasihati orang lain. Engkau harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah engkau menoleh kepada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. –(Abdul Qadir al-Jailani)-

Karena bisa jadi itu penyakit hati,
Carilah hatimu di tiga tempat. Temui hatimu sewaktu bangun membaca al-Qur’an. Tetapi, jika tidak kau temui, carilah hatimu ketika mengerjakan shalat. Jika tidak kau temui juga, carilah hatimu ketika duduk tafakkur mengingat mati. Jika kau tidak temui juga, maka berdoalah kepada Allah, mintalah hati yang baru. Karena, pada hakikatnya saat itu kau sudah tidak mempunyai hati. –(Imam al-Ghazali)-

Mintalah kepada Allah, melalui perantaranya,
Barang siapa mendengar dengan telinga, maka ia akan menjadi tukang cerita. Barang siapa memperhatikan dengan hatinya, maka ia akan mendapatkan banyak ilmu (manfaat). Dan, barang siapa memberi nasihat dengan perbuatannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang memberi petunjuk. –(Imam Syafi’i)-

Jika jelas sudah tampak dosa itu, maka
Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa, sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah. –(Imam Malik)-

Lalu,
Beribadahlah sebagaimana yang dilakukan oleh orang banyak. Sebab, jika engkau tidak mengikutinya dalam beribadah, mereka akan mencela dan berkata, “Ilmu engkau tidak berfaedah.” –(Imam Abu Hanifah)-

Karena,
Dunia ini adalah tempat beramal, sementara akhirat tempat menerima balasan. Siapa yang tidak beramal di sini akan menyesal di sana. –(Imam Hambali)-

Namun, ingat…
Segala sesuatu yang didasari dengan niat bukan karena Allah, pasti tidak ada manfaat dan sulit untuk langgeng. –(Ibnu Taimiyah)-

Dan,
Tidaklah terdapat suatu perbuatan dari perbuatan-perbuatan hina, yang lebih menyerupai perbuatan mulia melainkan suka terhadap pujian manusia. –(Ibnu Hazm)-

Barang siapa telah mengenal al-Haq (Allah), maka ia tidak lagi memerlukan makhluk. –(Ibnu Arabi)-

Karena Allah adalah cinta yagn hakiki. Berbicara tentang cinta,
Cinta itu menyucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong penampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, senang terhadap semerbak wangi, memperhatikan pergaulan baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Namun, cinta juga ujian bagi orang-orang yang shalih dan cobaan bagi ahli ibadah. –(Ibnul Qayyim al-Jauziyah)-

Untuk selalu mengingat Cintaku,
Shalatlah kalian semua! Karena, shalat memperbarui ingatan seseorang kepada Allah dalam pikiran sebanyak lima kali dalam sehari semalam. –(Abul A’la al-Maududi)-

Janganlah engaku lewati kehidupan di dunia ini tanpa memberi manfaat. –(Hasan al-Banna)-

Terakhir,
Seorang dai yang pintar dan cerdik mampu menukil puisi yang indah, yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ia berada. –(Yusuf al-Qardhawi)-

Abdul Wahid merangkum nasihat 13 Tokoh Agung Muslim Terkemuka Dunia dalam 211 halaman. Terbit di akhir 2014 lalu tentu patut dibaca jutaan Muslim dan Muslimah. Penulis angat berhati-hati dalam menukil nasihat para Tokoh Muslim Terkemuka Dunia, terbukti dari begitu banyak referensi yang dicantumkan beliau. Semoga bermanfaat. Akhirul kalam,

Yang jauh itu waktu, yang dekat itu mati, yang besar itu nafsu, yang berat itu amanah, yang mudah itu berbuat dosa, yang panjang itu amal shalih, yang indah itu saling memaafkan.

#OneDayOnePage




The Reason Why I Do - One Day One Page

Page 2

Masa kecilku dihabiskan di tiga tempat. Sejak bayi hingga TK, kami sekeluarga masih tinggal di rumah Nenek, di Medan. Nenek punya halaman yang banyak jenis ragam tanaman. Memang tidak seluas rumah Nenek di Serbelawan. Namun jenis tanamannya beragam dan tak cukup waktu sedikit untuk menjelajahi tanaman Nenek satu per satu. Mulai dari bunga warna-warni, tanaman obat-obatan/jamu, pepohonan buah, tanaman kaktus, sayuran sederhana seperti daun seledri, daun katu, dan lain-lain. Yang paling aku sukai adalah dasarnya yang tanah. Tanah hitam. Hm, aroma tanah di pagi itu aroma paling natural. Taman nenek, taman yang paling indah.

Memasuki sekolah dasar, aku tidak lagi tinggal di rumah Nenek. Mama dan Abah sudah membangun rumah jauh dari rumah nenek. Di Diski, sebelum Binjai. Tidak serupa dengan di Medan, perumahan ini masuk ke pelosok kampong. Tapi rapih, alami, masih ada lembu, kambing, padang rumput. Asri.

Disini Lulu kecil sangat dekat dengan alam. Istilahnya Close to nature. Tepat di depan rumah kami ada sebidang tanah kosong. Disitu pula sempat 3-4 kali abah memanen padi. Keren kan. Kacang panjang juga pernah, jagung juga pernah seingatku, dan sayuran lain. Abah bukan petani tetapi orang tuanya petani, sejak kecil juga sering membantu orang tua. Bersyukur mempunya skill seperti itu, jadi lahan kosong bisa bermanfaat.

Setelah 4 atau 5 tahun kami kembali hijrah ke Medan. Walaupun tinggal di Diski semua urusan sekolah dan pekerjaan ada di Medan, mau tak mau orang tuaku menyewa rumah sekitaran HM. Jhoni, zona ini cukup strategis bagi aktifitas kami sekeluarga. Halamannya tidak terlalu lebar tapi memanjang. Namun cukup untuk meletakkan koleksi tanaman Mama saat di rumah Diski. Dia minta ditempahkan rak kayu bertingkat untuk menisiasati halaman yang tidak lebar. Aku paling ingat waktu itu sedang musim mawar aneka jenis, aku gak terlalu paham tapi lumayan beragam corak warna yang dikoleksi. Menanam tanaman dan menyiraminya sudah menjadi rutinitas yang tidak terlupa. Tapi yah namanya Lulu kecil masih anak-anak, kadang disuruh menyiram bunga malas.

Terus sampai umurku 16 tahun, barulah pindah di rumah yang sekarang. Sisa masa kanak-kanak kurang 1 tahun lagi.

Hehehe, mungkin itulah yang mempengaruhi aku untuk senang dengan tanaman, tumbuhan, alam. Kebetulan Mama juga lulusan Prodi Biologi, dan saat mengandungku mama sedang riset jadi agak-agak menular lah mungkin istilahnya.

Beberapa bukti kalau aku cinta alam. Di kamar ada karpet yang tekstur atasnya itu mirip rumput, jadi seolah-olah aku berada di tanah lapang. Pohon, bunga, isi lautan juga bisa ditemui di kamar dalam perwujudan makhluk halus, eh salah stiker dinding maksudnya. Aku juga suka laut, tapi nanti di halaman yang lain aku cerita tentang laut. The point is NATURE lah.

Kenapa akhirnya aku cerita tentang ketiga rumahku dahulu. Karena tadi siang ada kunjungan ke rumah Diski, sekilas mengenang rumah masa kecilku.


#OneDayOnePage

My Home is My Office – One Day One Page

Page 1

Tiga bulan sudah aku terus di rumah. Tanpa ada rutinitas kantor bersama partner kerja atau manager programe. Tiga bulan aku habiskan mantap menjadi asisten rumah tangga, pergi mengaji agama, dua minggu sekali ikut mama ke kelompok wirid-annya, dan selama tiga bulan ini pula banyak sekali acara atau kegiatan sosial yang mengharuskan masak-memasak di rumah. So, it’s perfect.

“Cita-cita awak mau jadi ibu rumah tangga.” Itu lah kalimat yang pernah terucap spontan yang akhirnya aku sadari, ‘apa benar tiga bulan ini menjadi training-nya sebelum benar-benar terjadi?’. We never know what God wants.

Sebelum akhirnya kontrak kerja berhenti, aku memang belum terlalu ambisi untuk bekerja lagi. Karena yang aku tahu selama bekerja justru Ngaji yang terbengkalai. “Setelah selesai kontrak ini, Lulu mau ngaji dulu,” bilang gitu ke mama dan abah.

Takut jadinya malas, rutinitas membabu dan bertanam rutin dilakukan. Aku juga heran kenapa sih, mantap dan merasa pekerjaan rumah itu memang mungkin belum pernah aku tekuni seserius ini. Sebagai anak Pers, rasa ingin tahu dan menghargai setiap pekerjaan itu benar-benar timbul.

Aku fikir, aku itu apa ya,,,mungkin sok jadi orang aneh kali ya…atau gini, karena melihat di beberapa Negara maju ternyata seorang Cleaning Service, Kuli Bangunan, Peramu Saji, Tukang Kebun, terlihat sangat sangat professional, dan diakui keberadaannya. Mungkin itu tadi yang membuat aku, apa ya jadi ingin merasa atau ah apa ya…

Atau bisa jadi ini nih,,,Jurnalistik. Setelah aku ketemu Romi dan Masuk ke dunia tanpa Kompromi, aku gak bisa kompromi untuk ingin sesuatu. Mungkin gak banyak yang sudah aku lakukan tapi yang satu ini paling gak bisa terlupakan sampai aku tulis juga dalam sebuah note, boleh dicek aja di fb aku, kalau aku akhirnya MAKAN JENGKOL.

Penasaran, ingin tahu, nekat, berani,,,dan banyak istilah lain yang buat aku bisa memutuskan suatu hal dengan komunikasi yang baik ke kedua orang tua aku sekarang. Kebayang gak dulu aku yang punya prinsip ‘Gak Suka Curhat’ karena takut dianggap lemah, tau-taunya sekarang ‘Sikit-Sikit Cerita’.

Yah, sedikitnya itu lah yang menjadi alasanku saat ini, walau sebenarnya banyak alasan dan pertimbangan lainnya yang nanti di-share kembali lain waktu.

Kalau mau lihat-lihat tanaman aku, bisa cek aja di fb, atau beberapa makanan yang fotonya ku-upload. Atau ada juga kitab, buku, dan beberapa kegiatan yang orang kantoran pergi pagi pulang petang aku yakin gak ngelakuin itu kecuali pada weekend.


Terus kenapa tiba-tiba aku tulis ini, gegara Bunda Helvy bilang ‘Saya biasakan menulis sehari selembar, jadi satu tahun sudah ada 356 halaman, menjadi buku.’ Haduuuuh akunya teringat sudah lamaaaaa banget tidak nulis. Bismillah… 

#OneDayOnePage