Malam-malam belakangan ini memang dingin. Dingin-dingin
jambu. Jambu melambangkan warna merah muda yang artinya sedang berbahagia alias
kesem-sem. Hujan mengguyur Medan yang aku tau. Mudah-mudahan Riau dan Kalimantan
juga dilanda, sehingga gambut-gambut disana tak lagi menjadi sumber asap
mematikan.
Bersyukurnya aku masih bisa merasa dinginnya malam. Karena itu
pertanda semuanya masih sama. Dingin. Kaku. Membeku. Tetiba lebat hujan turun. Namun
siapa sangka ada makna-makna yang orang lain tak paham. Hanya si pelaku dan
targetnya saja yang tau. Lalu Tuhan. Dan berharap Tuhan melebarkan payung-payung
untuk selamatkan kami dari hujan. Namun tetap dingin, kaku, dan membeku.
Ada banyak variable yang jika dihubungkan merujuk pada rangkaian
judul penelitian. Sayangnya metode kali ini adalah spekulasi. Aku sendiri tak
paham, tapi punya pendapat. Data pun kuanalisis dengan prasangka, siapa tahu
memang benar. Silakan lanjut pada kesimpulan yang entah kapan bisa diwujudkan
dalam kalimat di akhir penelitian.
Diamlah dalam zona aman yang kau bangun dari jarak-jarak
kita. Pasang jaket anti peluru jika suatu saat penembak jitu tepat di hadapan. Karena
itu membuatmu mempan. Karena itu membuatmu kadang melawan. Kau tarik pelatuk
dan tundukkan lawan. Aku bersimbah darah merah jambu, bersimbah. Kerasnya ego
mematikan rasa. Ayo, ayo, tembak saja aku!!!
Ada pesan yang tak pernah sampai. Hingga datang pergi dua
kali tak pernah terlampiaskan. Diam menjawab semuanya. Bukan karena bisu, tapi
kelu lidah beku. Kembali dingin mengintai, aku yakin membeku di hadapan gadis
pujaan. Tak berani pun berbuat apa. Hanya ada kaku acuh seperti tak punya rasa.
Mati dalam cinta paling dalam. Kau memang pecundang setia. Setia dalam gelapnya
temaram-maram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar