Jumat, 18 Februari 2011

Cerita Untuk Anakku

Anakku, hidup itu perjuangan.

Perjuangan untuk hidup.

Semakin berat perjuangan yang Kau tempuh, maka semakin Kau merasakan hidup.

Anakku, hidup itu pilihan.

Pilihan untuk hidup.

Semakin banyak pilihan di depan mata Engkau, maka semakin Kau merasakan hidup.

Anakku, orang bijak bilang; Hidup ini hanya sekali, hiduplah yang berarti.



Dalam menyelami makna, banyak hal yang bisa kita fikirkan, mulai dari mengartikan apa itu hidup, menilai hidup,

menghitung sisa waktu, dan berusaha merubah nasib.



Jika anda membaca Silakan Terpesona karya penulis sejuta pembaca, ‘A’id ‘Abdullah al Qarni. Anda akan menemukan sebuah judul “Berusahalah Mengubah Nasib”. Penulis menuliskan bahwa perubahan itu bermula dari jiwa, orang yang ridho maka keridhoan akan menjadi miliknya, dan orang yang merasa kesal, maka kekesalan itu pun akan melilitnya.



Penggalan puisi diatas sebenarnya mengajak kita untuk bisa lebih bertanggung jawab dengan hidup. Ternyata kita hidup juga tidak hanya untuk kita sendiri. Masa depan yang belum jelas tampak akan tampak lebih jelas jika dipersiapkan sejak dini.



Beberapa minggu lalu masih di bulan Januari, saya mendapatkan wejangan dari seorang teman. Wejangan ini biasa dan sangat biasa tetapi bagaimana caranya mendapatkan hal luar biasa dalam hal yang biasa. Ia bercerita tentang perjuangan hidup, bagaimana pandangan orang-orang tentang dia, bagaimana dia bisa bertahan di saat orang-orang memiliki pola pikir berbeda dengannya, bagaimana dia survive tanpa dukungan orang-orang terdekatnya.



Sampai tiba saatnya ia mengutarakan “apa yang mau kalian ceritakan ke anak kalian jika sekarang saja menjalani hidup yang biasa-biasa saja, takut mencoba takut melakukan hal-hal yang luar biasa, kalau kita berani berfikir hal-hal besar Insya Allah menghasilkan yang besar pula, kalau mahasiswa sekarang mau hidup mencari aman saja kapan kita belajarnya, toh ingat! kita belajar dari pengalaman, seusuatu yang benar dan bahkan salah, mencoba saja takut apalagi melakukan, statis kalau begitu generasi sekarang. Kan enak kalau kita cerita ke anak ‘dulu bapak kuliah dapat ip 4, uang kuliah cari sendiri nak, usaha sendiri, gak pake ngemis-ngemis ke kakek, pagi kuliah siang organisasi, ngajar, usaha, malam belajar bantu nenek masak untuk jualan paginya....wah, 24 jam full dengan perjuangan hidup. Ini mah belum seberapa, hanya permisalan’



Inilah mengapa saya beri judul Cerita Untuk Anakku. Saat kita memulai survive yang sebenarnya ini akan indah dan menjadi motivasi bagi anak anda. Saya pernah mendengar “generasi yang akan datang akan mewarisi perihal generasi sebelumnya” hah mungkin anda lebih percaya dengan istilah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Tidak ada salahnya jika ini kita masukkan dalam daftar penyemangat hidup. Lihatlah betapa seorang anak akan melihat tindak tanduk orang tuanya baik mental dan psikisnya. Jadi jangan bertanya “kau ini anak siapa, kok nakal banget sih” atau “duh, pinternya....siapa dulu dong mamanya...?” tetapi sadari bahwa hidup bukan untuk kita sendiri. Hidup yang berarti adalah hidup yang bisa membuat perubahan pada diri pribadi dan membawa manfaat untuk orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar