Senin, 21 Desember 2015

Fenomena Single

Hari ini akhirnya aku nonton Single. Aku tau Single mulai main di bioskop-bioskop itu tanggal 17 Desember. Tepatnya hari kamis minggu lalu. Kenapa gak nonton dari kemarin-kemarin? Kebetulan banget aku harus mengikuti Diklat selama dua hari Kamis-Jumat. Trus kenapa gak Sabtu nontonnya? Sabtu aku sudah dibooking untuk ambil raport adik dan kondangan. Kalau Minggu kenapa? Minggu itu jadwal Ngaji, jadi gak bisa diganggu gugat. So, aku putuskan untuk hari ini. Tapi kalau ditinjau dari ilmu iritologi, kenapa aku nonton di hari Senin, pasti lho semua udah pada tau. Ya Nomat. Begitu tau tanggal rilis Single, aku langsung ngelingkarin hari ini di kalender sebagai hari yang paling 'orang-orang hemat' pilih. Jadi varokah sekali kantong aku vroh.

Untuk menyelaraskan hari ini. Aku nonton Single sendirian aja. (seperti biasa #eh). Aku harus siap-siap diludahin orang satu gang begitu keluar rumah. Atau dilihatin, dibisikin, dan disenyumin ngejek waktu ngantri masuk studio. Karena apa? Karena orang-orang pada gandeng tangan gebetannya, dan gua cuma gandeng tas tangan.dan memang bener, sepasang alay, nengokin aku, bisik-bisik, dan senyum ngejek gitu eh ternyata jarum pentolku hampir jatuh dari cucukannya di kepala. 

Sebelum masuk studio, terjadi percakapan sengit dengan mbak resepsionis.
R          : “Silakan Mbak.”
L          : “Single, satu Mbak. (Gak pake ngenes.)”
R          : “Yang jam berapa Mbak?”
L          : “14.30 Mbak.”
R          : “Yang hijau yang kosong ya Mbak.” Si Mbak meminta aku pilih kursi.
L          : “D aja Mbak.” Sambil nunjuk kursi yang di tengah-tengah, biar gak berasa nonton sendiri.
R          : “Disini ya Mbak.” Sambil meng-klik kursi paling pinggir dekat perbatasan antara kursi bagian kanan dan kiri.
L          : “Mbak, yang disini aja.” Sambil nunjuk kursi yang di tengah-tengah.
R          : “Gak bisa Mbak. Kalau nonton sendiri pilihannya mau di pinggir sini atau sini.” Menunjuk kursi paling pinggir dekat dinding studio.
L          : “Tapi Mbak, saya mau di tengah.”
R          : “Gak bisa Mbak. Kasihan yang nonton berdua Mbak, ntar mereka terpisah.”
L          : “Loh, Mbak. Lebih kasihan mana coba sama saya yang nonton sendirian?”
           
Dan, akhirnya aku harus terima kenyataan bahwa yang nonton sendiri memang harus duduk di kursi pinggir.

Begitu antri masuk studio, mbak penjaga pintunya bilang “Urutan ke empat dari atas ya Mbak.” Aku pun langsung tau dimana kursiku karena posisinya yang gampang. Ya iyalah, di pinggir coy. Di pingir! Yang nonton sendiri duduk di pingir! Ingat di pinggir! Dekat perbatasan gang atau dinding studio! Puas! (Sabar…) 

Begitu aku duduk. Sreb. Huaaaaaa, sumpah! Aku sedih. Sedih banget. kursinya agak ngejemplak gitu. Huft, sabar…Cuma kursi aku kayaknya. 

Semunaya aku terima dengan lapang dada. Sambil aku ngelus-ngelus dada dan bilang, ‘Single….single…’


6 komentar:

  1. Kahaha ngejemplak yaaa,
    Tpi kok gak penasaran ya ama film single ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. hari ini gak penasaran, bisa jadi besok kamu penasaran :)

      Hapus
  2. hahaha,, sabar ya kak. makanya nontonnya double dong biar bisa pilih seat yang mana aja.:p

    BalasHapus
  3. Itulah kan, ga ngajak ngajak sihh. Huuuu

    BalasHapus