Kesendirian membuat aku sadar untuk segera membongkar tas
mama. Kutemukan buku dengan kover hijau toska bertuliskan “Sang Pemimpi” dengan
tinta kuning. Nama penulisnya pun tertera jelas ANDREA HIRATA dengan huruf kapital.
Di paling bawah kover ada informasi bahwa “Sang Pemimpi” adalah novel kedua
dari tetralogi Laskar Pelangi. Laskar
pelangi sudah sering kudengar, bahkan aku punya vcd originalnya. Tapi aku tak tau
bagaimana versi novelnya.
Malam ini ketika keberangkatan kami ke Pakam (rumah baru
kakakku bersama suaminya) berakhir, aku dirundung sebuah angan-angan. Angan-angan
untuk tetap berdiri dengan impian awal menjadi seorang penulis hebat. Melihat kondisi
seperti ini aku tidak akan pernah ingin menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Umurku
masih sangat muda, umurku juga umur dimana anak muda sepertiku sudah tak lagi
menengadahkan tangan ke orang tua. Itu lah mengapa ku bongkar tas mamaku. Untuk
mencari uang, Ooops bukan, tentu saja untuk mencari novel “sang pemimpi” yang masih
akan dibacanya.
“Sub bab” di novel ini diganti oleh Andrea dengan kata “mozaik”.
Sekitar pukul 10 pagi tadi aku hanya menyelesaikannya sampai mozaik 3.
Di mozaik 1Beginikah Seorang Pemimpi Melihat Dunia?. Aku belajar
dari Arai tentang cara pandangnya melihat dunia. Dalam keadaan sesempit apapun
masih aka nada jalan jika kita ada kemauan. Lihat kisah Arai, Ikal, dan Jimbron
saat dikejar-kejar pak Mustar.
Di mozaik 2 Simpai Keramat. Jiwa seoarang pemimpi tak
pernah merasa putus asa, walau harus tinggal sendiri di dunia. Arai masih tetap
tersenyum dan berfikir “semakin besar tantangan semakin membuatnya yakin bahwa ini
lah hidup yang sebenarnya”. Lihat kisahnya saat ditinggal mati ibu dan ayahnya.
Lalu diasuh oleh orang tua ikal yang memang masih ada ikatan saudara.
Di mozaik 3 The Lone Ranger. Seorang pemimpi jitu pun
membutuhkan teman. Seorang pemimpi juga akan selalu mencari hal baru dalam
hidupnya. Sekilas aku ingat temanku Romi yang sekarang setengah dari
keinginannya sudah terpenuhi.
Lalu, apa yang akan kulakukan selanjutnya? Sang pemimpi tidak
akan pernah berhenti sampai disini. Sang pemimpi akan mendongakkan kepalanya
dari dalam tempurung dan keluar mencari hembusan angin yang bertubi-tubi,
sampai kebal wajah dihantam debu yang terbawa angin.
Sampai ketemu di Mozaik selanjutnya. Salamku untuk panitia
PENA PERSMA, demi sebuah mimpi yang akan kita lihat, semangat untuk weekend
yang tidak kita rasakan hanya duduk berdiam di rumah, tapi berdecak dengan
konsep yang telah kita susun. Aku masih di Pakam sampai malam nanti, sampai
ketemu di hari Senin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar