Sabtu, 27 Maret 2010

SERPIHAN CERPEN "SETENGAH MATI GAK JADI_JADI"

Banyak kata-kata tak terucap untuk kakak ku di sana.
Ini lah aku dari sisi lain.
Keterbukaan bukanlah aku, sekali pun saudara sedarah di hadapan ku.
Terbiasa dengan aku dan diri ku sendiri, di sudut etalase yang sering aku jadikan tempat perenungan di kesunyianku..

Pagi ini seperti biasa tanpa kata dan ekspresi menjadi makanan sehari-hari.
Keluarga ini tidak terjalin komunikasi semenjak aku dilahirkan di dunia
Entah apa sebabnya
Apa aku tidak diharapkan di tengah kebahagiaan sebelumnya....

Sepuluh tahun dihitung dari ku mulai bisa menyimpan memori...
Tak ada satu pun memori ku bersama tiga orang yang tinggal bersama ku saat ini,,,,
Yang ku ingat makan pagi bersama, makan siang dan ...ntah lah,,,di ingatanku hanya di pinggiran meja makan ku dapati ekspresi wajah-wajah sibuk mereka..

Aneh rasanya,,,
Yup tapi ini lah yang terjadi...
Tak ada yang menyangka peristiwa ini.
Prestasi dan segudang kegiatan menutup rapat betapa aku di luar jangkauan kesusahan komunikasi saat ini.
Aku hela napas setiap saat mendapati bayang-bayang mereka pergi satu persatu meninggalkan meja makan.


Siapa ini??? Ku mulai menganalisis kata per kata,,,,siapa gerangan penulis? Siapa dilanda kesepian?
Secarik kertas ini ku dapati dari saku baju kotor yang sedang ku periksa untuk selanjutnya ku masukkan ke dalam mesin cuci super yang menemani ku hampir dua tahun terkhir ini....
”Mira....!!, cepat kau kerjakan itu....!”
”Ya pak,,,bentar,,baru juga mau dimasukin....”
“Apa…?! Baru ko bilang???,,, apa kerja kau dari tadi ha???”
”iya...iya...bentar bos...”
Pak rahman mendekati ku ”Cepat lah neng geulis...? ntar jam 5 diambil neng?” dengan gaya batak yang sok kejawa-jawaan....
Ku sunggingkan senyuman tanda iya kepada bapak setengah pikun ini,,,

Mesin laundry mulai bekerja,,,
Ku kembali beranjak memandangi secarik kertas yang ku temui tadi
Setiap barang tertinggal harus sampai pada pemiliknya,,,
Mulai ku selipkan secarik kertas tadi di dalam plasitk kecil.

Mesin berhenti bekerja...
Selanjutnya menuggu kering dan proses penyetrikaan pun dimulai...

Malam tania....
Ku katakan aku tak bisa datang ke etalase seperti biasa...
Orang-orang bisu di rumah ku mulai menggila lagi...
Bahkan lebih parah...
Stress aku dibuat mereka...
Kalau aku pergi yang ditakutkan aku kehilangan mereka untuk selamanya...
Tolong dimaafkan...
Berterima kasih sama bibi’, karena mau mengantar surat ini.
28 Feb

Apa-apaan ini ha???
Ku temui lembaran basah lagi...
Penasaran untuk kesekian kali
Pikir ku makin tak karuan..
Sedang apa si penulis...
Surat ini tak sampai di tangan Tania...
Bagaimana ini....
Ku cek,,,tertera tanggal 28 bulan ini...
Oh god...
Hari ini!!!
Ini amanah,,,tapi si bibi’ tidak menyampaikannya,,,
aduuuuuuuh...
kacau nih,,,
bisa-bisa tania dan si pemilik jeans putus lagi???
Pikir ku terlalu berfantasi...

Tapi bodo’ amat ah....ntar kalo butuh juga kesini...huh...


“Mir, sini biar aku saja yang setrikain ni baju”
“aduuuuh,, Ndah, gak usah lah,,,tanggung ni,,,”
“udah sana,,,ada telepon dari rumah”
“Oh iya???..Ocreh lah klo gitu,,,”
Aku mulai berbunga-bunga, aku yakin ini telepon dari ibu , Yah ibu pasti sudah sampai di rumah.. Aku pun bergegas.
Begitu ku mau keluar dari ruang setrika. Ilham menutupi jalan ku, wajahnya tidak kelihatan karena pakaian yang membentuk gunung di keranjang yang dibawanya.
“Oi wak,,siapa di depan aku ni??”
“apanya Iil ni,,,ah awas dulu buru-buru aku...”
“ko bantu dulu aku ni...”
Ku hela nafas dan mulai ku memindahkan sebagian pakaian dari keranjang yang bertumpuk pakaian siap untuk disetrika. Selesai. Ku percepat gerak ku menuju meja telepon. Senang ku memuncak. Ibu, aku menuggu mu dengan segudang perubahan ku yang mandiri dan pekerja keras ini. Ini semua hasil didikan ibu. Huh...huh..napas ku tersengal-sengal...aku harus menuruni tangga dulu...cepaaaaaat...yup sedikit lagi...
Gagang telepon berhasil ku raih.
“Halo...”, “Ibu…apa kabar?”, “ Mira rindu sangat niiii”
Tuuut…tuuut…tuuut…
Aku terdiam….
”halo...???”
”Ibuu..??”
”assalamu’alaikum??”
Tuuut...tuuut...tuuuut...
Brengsek,,, gara-gara Iil,,,,
”Iiiiiiiiiillllllllllllllllll” aku berteriak gak karuan.
Pak rahman melongok dari teras depan
”Oi neng geulis,,,? Kenapa neng???jerit-jerit pula lah kau di situ”
”pak yang tadi nelepon dari mana???”
“gak ko tanya tadi dari mana?”
“belom pun ngomong dah dimatiin. Kata indah dari orang rumah”
“iya, lama kali pun ngangkatnya, selak dimatiin lah,,,pulang lah kau sana...dah banyak yang nunggu...”
Raut wajah bapak setengah pikun ini sekarang jadi benar-benar seperti orang tua tak punya harapan...hey kenapa dia?...
“pulang kek?” panggilan yang selalu aku lontarkan kalo ingin mengganggunya...
”he’eh...” raut wajahnya tak berubah dengan panggilan kakek saat ini. Pak rahman mulai menyeruput kopinya lagi...
“hehehe...aku pulang ya...” ku salim tangan pak rahman. Dia mengelus kepala ku...

Mereka tau akan kepulangan ibu ku dari negeri pamansam. Jadi tak heran kakek tua itu menyuruh ku untuk pulang.
Tit tit,,,
Tumben hari ini ku membawa mobil ke tempat kerja ku...biar bisa jemput ibu di bandara.
Aku punya kendaraan ini dari ibu
Keluarga kami orang berada. Tapi ibu selalu ingatkan aku, ini bukan harta ku, ini punya ibu. Apa yang aku mau harus dari keringatku sendiri. Apapun itu pekerjaannya. Laundry ku pilih karena aku selalu salut dengan bibi di rumah. Aku bosan nimbrung dengan anak-anak senasib dengan ku. Clubbing, nongkrong, shopping, nonton,meped (madicure pedicure). Bosan sangat. Tapi sebenarnya aku bukan tipe seperti itu. Hanya karena ajakan teman. Hanya sekedar menemani mereka. Sampai akhirnya aku bertemu indah yang mengantar pakaian dari laundry ketika bibi’ mudik. Ketahuan umur Indah yang masih sebaya dengan ku. Kami berkenalan dan terus bertegur sapa sampai akhirnya bibi’ kembali bekerja lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar