Bayangkan, seorang perempuan dengan jerawat di wajah dan
jumlahnya tiga. Oh god! Pasti sedih! Pasti uring-uringan. Pasti mencari cara
bagaimana menghilangkannya. Tapi sudah kuperhatikan satu malam ini dia malah
menyanyi, menari, dan senyum-senyum memandangi jerawat yang satu di pipinya dan
dua lagi di keningnya.
Belum cukupkah fakta itu membuatmu juga berfikir perempuan
ini gila. Tadi malam ia bilang kepadaku, “Sudah lama gak tumbuh jerawat.
Mungkin ada setahun dua tau tiga kali jerawatan. Hari ini ada tiga pula.
Cantik.” Ia tersenyum lagi sambil terus memperlihatan jerawatnya kepadaku.
Berbeda dengan perempuan berkaca mata yang sering juga
wara-wiri di depanku. Ia pernah mengeluh tentang jerawat, ia kesal. Kadang
dikorek-koreknya jerawat itu sampai warnanya merah sekali, yang sebelumnya
timbul malah mengempis lalu mengeluarkan darah sedikit.
Tapi perempuan ini, yang kubilang gila itu, sepertinya
menjaga betul jerawatnya. Dia minta aku bantu mencarikan mana lagi calon-calon
jerawat selanjutnya. Dia bilang ia tambah manis dengan jerawat di wajahnya. Aku
diam saja. Membatin, ‘memang sudah Gila...’
Aku pernah melihat orang berkata kalau jerawat itu timbul
karena banyak faktor. Bisa jadi karena seseorang stress, terlalu banyak makan
kacang atau coklat, alergi kosmetik, polusi udara, atau malas cuci muka. Bisa
jadi salah satu faktor itu yang mempengaruhi jerawat tumbuh di wajah perempuan
itu.
Tunggu saja beberapa menit lagi. Biasanya ia pulang saat
petang seperti ini. Pasti ia akan terus menjumpaiku dan melakukan rutinitasnya,
menyanyi sambil menari sedikit lalu menunjukkan jerawat kesayangannya tepat
dihadapanku. Entah apa rasanya punya jerawat di wajah. Euy.
Brakk. Tasnya
setengah dilemparkannya ke lantai kamar. Perempuan yang tengah kita bincangkan
tadi pulang. Ia mendekatiku. Aku sudah tau, pasti masih tentang jerawat. Tapi
raut wajahnya berbeda. Ada kesal di dalamnya. Dia bilang, “Kok cepat kali
hilangnya?” sambil menunjukkan wajahnya dengan jerawat yang mulai mengempis. Di
dalam hati aku berkata, ‘bagus dong.’ Sekali lagi disodorkannya wajahnya ke
hadapanku. “Hm, emang dasar gennya begini.” Ia memegangi wajahnya sambil terus
menatapku.
Tiba-tiba adiknya, si perempuan berkaca mata masuk.
“Met, udah ilang jerawatku. Cepat kali pun.”
“Ya baguslah.”
“Ah gak seru. Kan kepingin punya jerawat.”
“Ada kurang-kurangnya....” sambil melengos keluar kamar
lagi.
Mungkin ia punya makna lain di balik jerawat. Mungkin
baginya jerawat adalah tanda. Tapi tanda
apa? Tanda kalau ia stres? Terlalu banyak makan kacang dan coklat? Alergi kosmetik?
Polusi udara atau karena ia malas cuci muka? Hahaha atau ada tanda lain? Kan
sudah kubilang dia Gila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar